Pengertian Teori Permintaan Uang
Teori permintaan uang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa banyak uang yang ingin dimiliki individu atau masyarakat pada suatu waktu tertentu. Salah satu teori terkenal tentang permintaan uang adalah teori kuantitas uang, yang dikembangkan oleh ekonom klasik Irving Fisher dan kemudian dimodifikasi oleh Milton Friedman.
Menurut teori kuantitas uang, permintaan uang tergantung pada tiga faktor utama:
Transaksi: Permintaan uang untuk transaksi adalah kebutuhan akan uang tunai atau uang yang dapat dicairkan dengan cepat untuk memfasilitasi pembelian barang dan jasa sehari-hari.
Kemudahan: Ini mencerminkan preferensi individu terhadap kenyamanan dan kemudahan uang tunai dibandingkan dengan bentuk-bentuk uang yang tidak likuid (seperti obligasi atau deposito).
Spesifikasi: Ini merujuk pada preferensi individu terhadap berbagai bentuk uang, termasuk preferensi terhadap uang tunai, deposito, atau bentuk uang lainnya.
Selain teori kuantitas uang, ada juga teori-teori lain yang mengajukan faktor-faktor tambahan yang mempengaruhi permintaan uang, seperti pendapatan, tingkat suku bunga, ekspektasi inflasi, dan faktor-faktor lainnya.
Dalam prakteknya, kebijakan moneter sering kali berusaha untuk memengaruhi permintaan uang dengan mengatur faktor-faktor seperti suku bunga, suplai uang, atau melalui pengaruh terhadap ekspektasi inflasi, untuk mencapai tujuan-tujuan seperti stabilitas harga atau pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Teori Permintaan Uang Klasik
Teori permintaan uang, tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada awal
mulanya teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau
masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan dari uang itu
sendiri. Menurut Fisher bahwa jumlah proporsional dengan harga, dengan
asumsi kecepatan uang dan transaksi dianggap tetap (Sukirno, 2003:221).
Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang sebagai
berikut : ............................................................
(3)
M = Uang beredar (penawaran uang)
P = Tingkat harga
V = Kecepatan perputaran uang
T = Jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan didalam satu
tahun tertentu
Di dalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang
sempit. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan
uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang
yaitu V, ditentukan berdasarkan keseringan uang beredar yang tedapat
dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun.
Faktor terakhir dalam persamaaan di atas yaitu T, menunjukkan jumlah
barang-barang jadi dan barang setengah jadi yang diperjual belikan.
Sedangkan PT adalah hasil penjumlahan dari perkalian di antara
masing-masing barang yang termasuk pendapatan nasional dengan
harga-harganya. Singkatnya PT bukan meliputi pendapatan nasional saja,
tetapi juga nilai keatas barang-barang. Ini berarti nilai PT selalu
lebih besar dari pada pendapatan nasional. (Sukirno, 2003:221-222)
Sedangkan teori kuantitas uang menurut versi yang dikemukakan oleh
Marshall (dalam Azis, 2002:6) dengan formulasi sebagai berikut :
M = kPO = kY .........................................................................(4)
Dimana :
k = 1/V
Secara matematis formulasi Alfred Marshall ini sama dengan formulasi
Irving Fisher namun, implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa
individu atau masyarakat selalu menginginkan sebagian (proporsi)
tertentu dari pendapatannya (Y) diwujudkan dalam bentuk uang kas (yang
dinyatakan dengan k). Sehingga kY merupakan keinginan individu atau
masyarakat dapat diformulasikan sebagai berikut :
Md = kPO = kY ......................................................................(5)
Md = adalah permintaan uang kas
Dengan formulasi tersebut teori Marshall merupakan awal dari teori
permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana, terkandung
didalamnya beberapa kelemahan. Kelemahannya adalah bahwa dalam
kenyataannya V tidaklah tetap. Baik di negara maju maupun negara
berkembang, V cenderung tidak konstan.
Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang tunai, membedakan
antara motif transaksi, berjaga-jaga serta spekulasi. Jadi dia juga
mengakui adanya motif transaksi. Hanya saja yang lebih penting dalam
arti pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi adalah motif spekulasi
(Goldfeld, 1990:307).
1. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
Keynes mengatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini
tergantung pada pendapatan. Makin tinggi akan uang kas makin tinggi
jumlah transaksi yang dilakukan. Seseorang atau masyarakat yang tingkat
pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi lebih banyak
dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.Menurut Keynes, orang meminta uang untuk transaksi harian. Permintaan
ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk tujuan transaksi.
Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum Klasik bahwa
permintaan uang untuk transaksi tergantung dari pendapatan.Untuk memenuhi transaksi yang tak terduga, seperti sakit atau kebutuhan
yang tak terduga lainnya. Permintaan ini juga dipengaruhi oleh
pendapatan, semakin besar pendapatan maka semakin besar permintaan uang
untuk berjaga-jaga, atau sebaliknya. Namun Keynes berbeda dengan kaum
klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan peranan tingkat
bunga dalam menentukan permintaan uang untuk spekulasi.
Rumah tangga dan perusahaan bisnis menyimpan uang untuk tujuan transaksi
karena mereka berpikir akan atau mungkin, ingin melakukan pengeluaran
sebelum mereka memperoleh arus masuk penerimaan uang yang cukup.
Biasanya mereka tidak mempunyai jaminan seperti itu. Oleh karena itu,
mereka lebih memilih untuk menyimpan sedikit uang untuk menutupi
kelebihan pengeluaran mereka atas penerimaan mereka selama satu periode.
Keynes menyatakan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi merupakan
fungsi pendapatan. Keuntungan ini dilukiskan dalam gambar diatas dimana
L1, menunjukkan jumlah saldo uang riel yang diminta untuk tujuan
transaksi. Terlihat semakin tinggi pendapatan, maka semakin banyak uang
yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintan
uang untuk transaksi dengan pendapatan rill (Y/P) tidak selalu linier
(garis lurus).
Dengan demikian jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum klasik bahwa
permintaan uang untuk tujuan transaksi tergantung pada pendapatan.
(Goldfeld, 1990:308)
2. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan
oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan
masyarakat akan uang kas untuk tujuan atau motif spekulasi.
Alasannya:
a. Apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas semakin kecil.
b. Bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal.
Ketergantungan permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh L2, atas
suku bunga dalam gambar diatas. Kurva L2L2, condong menurun,
mencerminkan hubungan terbalik antara permintaan uang untuk spekulasi
dan suku bunga (Goldfeld, 1990:309).
Keynes mengakui bahwa masyarakat bisa memilih untuk menyimpan saldo uang
melebihi kebutuhan untuk tujuan transaksi karena keinginannya untuk
menyimpan aktiva yang benar-benar bebas dari resiko (depresiasi) dilihat
dari segi uang. Saldo yang memenuhi fungsi penyimpan nilai (Store of
Value) merupakan permintaan uang untuk spekulasi.
Permintaan uang untuk spekulasi oleh Keynes dianggap ditentukan terutama
oleh suku bunga. Bahwa suku bunga yang lebih rendah menyebabkan saldo
spekulasi lebih kecil dan suku bunga yang lebih rendah akan menghasilkan
permintaan yang lebih besar akan saldo spekulasi.
Teori Permintaan Uang Milton Friedman
Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan “Restatememt of Quantity Theory” (penegasan kembali teori kuantitas). Friedman menyatakan bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang tergantung pada tiga hal yaitu : (a) total kekayaan yang dimiliki, dalam segala bentuk kekayaan ini merupakan kendala anggaran (Budget Constraint), (b) harga dan keuntungan (Return), dari masing-masing bentuk kekayaan, dan (c) selera dan preferensi pemilik kekayaan.
Analisis Friedman bertitik tolak pada keuntungan marginal dari proses substitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan bentuk kekayaan lainnya. Dalam defenisinya yang paling luas kekayaan seseorang adalah seluruh sumber pendapatan atau jasa yang dapat dikonsumsi. Dari sudut pandang ini maka tingkat bunga menunjukkan suatu hubungan antara jumlah kekayaan dengan pendapatan. Dimana seseorang yang mempunyai kekayaan akan selalu berusaha untuk memilih bentuk-bentuk kekayaan sehingga mencapai kepuasan maksimum. Hal ini dapat dicapai apabila tingkat substitusi antara satu bentuk kekayaan dengan kekayaan lain sama
Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang
Ekonom Inggris bernama John Maynard Keynes (1883–1946), dengan cukup jelas menyatakan bahwa permintaan terhadap uang atau demand for money atau yang disebut sebagai preferensi likuiditas, dipengaruhi oleh tiga motif. Ketiga Motif tersebut adalah sebagai berikut.
1. Motif Transaksi
Salah
satu motif masyarakat untuk memegang uang adalah agar dapat melakukan
transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berjalan
secara terus-menerus, sedangkan penerimaan pendapatannya terjadi secara
berkala, misalnya seminggu sekali, atau sebulan sekali.Terdapatnya
perbedaan waktu antara penerimaan dan pengeluaran merupakan alasan atau
pertimbangan masyarakat untuk meminta atau memegang atau memiliki uang
setiap saat.
Motif
transaksi yaitu motif untuk melakukan kegiatan transaksi perdagangan
seperti tukar menukar barang atau membeli barang kebutuhan pokok.
Besarnya permintaan uang dengan motif transaksi sangat tergantung pada
tingkat pendapatan seseorang.Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kebutuhan uang yang menjadi sebuah
permintaan uang untuk motif transaksi merupakan suatu proporsi konstan
dari tingkat pendapatan. Hal ini dapat diformulasikan dengan persamaan
sebagai berikut.
Mt = kY,
Dengan keterangan
Mt = kebutuhan transaksi,
k = proporsi konstan, 0 < k <1,
Y = tingkat pendapatan nasional
2. Motif Berjaga-jaga
Motif
berjaga- jaga yaitu motif menyimpan uang untuk kegiatan berjaga- jaga
atau untuk membiayai sesuatu yang tidak terencana atau terduga. Misalnya
untuk biaya berobat pada saat sakit atau biaya kebutuhan sekolah anak
yang secara mendadak seperti kegiatan studi lapangan.Motif tersebut terjadi akibat terdapatnya ketidakpastian
di waktu yang akan datang. Ketidakpastian ini dapat dianggap sebagai
suatu kondisi darurat atau munculnya kesempatan- kesempatan lain yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Masyarakat
menjadi perlu memegang sejumlah uang agar selalu dapat menghadapi
ketidakpastian tersebut. Kebutuhan uang untuk berjaga – jaga ini
cenderung meningkat dengan meningkatnya pendapatan.Dengan
tingkat pendapatan yang lebih tinggi, masyarakat dapat menghadapi
kemungkinan timbulnya kesempatan- kesempatan lain yang lebih besar,
walaupun dengan risiko yang lebih besar juga. Oleh sebab itu, bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi, kebutuhan memegang uang
untuk memenuhi motif berjaga-jaga cenderung lebih tinggi.
Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa permintaan untuk motif transaksi maupun
untuk berjaga-jaga merupakan fungsi yang berkorelasi positif terhadap
pendapatan, yaitu bahwa jumlahnya tergantung kepada tingkat pendapatan
masyarakat. Jadi Secara singkat dapat diformulasikan dengan persamaan
sebagai berikut.
M1 = Mt + Mp = f (Y)
Dengan keterangan
M1 = permintaan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga.
Mt = permintaan uang dengan motif transaksi
Mp = permintaan uang dengan motif berjaga-jaga
f(Y) = fungsi pendapatan
3. Motif Spekulasi
Motif
spekulasi merupakan motif memegang uang dengan cara menyimpannya dalam
bentuk surat- surat berharga, seperti saham dan obligasi. Hal ini
Berbeda dengan dua motif sebelumnya, yang dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, motif spekulasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang
berlaku.Tingkat
suku bunga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penentuan
motif spekulasi. Pada tingkat suku bunga yang relative tinggi,
masyarakat akan memilih menyimpan uangnya dalam bentuk surat berharga
dibandingkan dengan memegang uang tunai. Bunga yang relative tinggi
akan memberikan pendapatan lebih kepada masyarakat.
Penawaran Uang
Penawaran
uang didefinisikan sebagai jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian
untuk membiayai transaksi- transaksi yang dilakukan dalam masyarakat.Penawaran uang (money supply)
dibedakan menjadi mata uang dalam peredaran dan uang yang beredar. Mata
uang dalam peredaran adalah mata uang yang telah dikeluarkan dan
diedarkan oleh Bank Sentral. Mata uang tersebut terdiri atas uang kertas
dan uang logam. Dengan demikian, mata uang dalam peredaran sama dengan
uang kartal.Adapun
uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di dalam perekonomian
yaitu mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral pada
bank-bank umum.
Penawaran Uang Arti Sempit
Penawaran uang dalam arti sempit merupakan uang dalam peredaran yang berbentuk uang kartal dan uang giral, dan disebut M1.
M1 = Uang Kartal + Uang Giral
Uang
kartal atau uang tunai merupakan uang yang biasa digunakan setiap hari
untuk membeli barang dan jasa. Uang kartal terdiri atas uang logam dan
uang kertas. Uang kartal diterbitkan oleh bank sentral, yang dalam hal
ini adalah Bank Indonesia.Uang giral adalah alat pembayaran berupa surat- surat berharga yang dikeluarkan oleh bank umum.Contoh uang giral
adalah cek dan bilyet giro. Cek merupakan surat perintah dari pemilik
rekening di bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak lain.Sedangkan bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah uang kepada pihak lain.
Baca Juga: Materi Struktur Tumbuhan Beserta Soal Pilihan Ganda dan Essay Struktur Tumbuhan Lengkap Jawabannya
Demikian Penjelasan Tentang Pengertian Teori Permintaan Uang dan Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang. Jangan Lupa selalu kunjungi referensisiswa.my.id untuk mendapatkan Artikel Lainnya. Terimakasih
Penelusuran yang terkait dengan Teori Permintaan Uang
Post a Comment