Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi oleh parasit tersebut. Malaria dapat menyebabkan gejala yang bervariasi, mulai dari demam tinggi dan menggigil hingga komplikasi serius seperti anemia, gangguan fungsi organ, atau bahkan kematian.
Plasmodium, parasit penyebab malaria, memiliki beberapa spesies yang berbeda, di antaranya Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum adalah spesies yang paling mematikan dan paling umum ditemukan di Afrika Sub-Sahara.
Gejala malaria bisa muncul dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah seseorang terinfeksi. Gejala awal malaria sering mirip dengan flu, seperti demam, menggigil, sakit kepala, dan mual. Malaria yang tidak diobati atau diobati terlambat bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih parah, menyebabkan kerusakan organ, kejang, koma, atau kematian.
Pencegahan malaria mencakup penggunaan kelambu berinsektisida, penggunaan obat anti-malaria profilaksis jika bepergian ke daerah endemis, penggunaan obat anti-malaria untuk pengobatan dan terapi, dan kontrol populasi nyamuk vektor.
Malaria merupakan masalah kesehatan global yang serius, terutama di daerah tropis dan subtropis di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Upaya-upaya besar telah dilakukan untuk mengendalikan malaria, termasuk program pemberantasan nyamuk vektor, distribusi kelambu berinsektisida, pengobatan kasus malaria, dan pengembangan vaksin. Meskipun demikian, malaria masih menjadi penyakit yang mematikan dan menyebabkan beban kesehatan yang signifikan bagi banyak negara di seluruh dunia.
Baca Juga: Uterus atau Rahim Adalah - Fungsi, Anatomi, Bagian, Lapisan, Letak dan Ukuran Uterus Beserta Jenis-jenis Penyakit Rahim
Penyebab Malaria
Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh manusia. Parasit ini akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah merah.Parasit malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-macam, dan akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.
Gejala Klinis Malaria dan Masa Inkubasi
Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda klinis merupakan
petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini
dipengaruhi oleh jenis/strain Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah
parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai
timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu
antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah
disebut periode prepaten (Harijanto, 2000).
Gejala Klinis
Gejala klasik malaria yang biasanya terdiri dari tiga stadium (Trias Malaria), yaitu (Depkes, 2003) :
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus
diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan
tetap tinggi dapat mencapai 40 0C atau lebih, respirasi meningkat,
nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama
dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih diikuti dengan keadaan
berkeringat.
Periode berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita
bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.
Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang
dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung
parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi
yang berulang-ulang. Limpa biasanya membesar pada serangan pertama yang
berat/setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila
dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-angsur
mengecil.
Keluhan utama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk
penderita terangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala
berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas
sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau
saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan
minum, warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman serta jumlah air
seni kurang sampai tidak ada (Depkes, 2003).
Masa Inkubasi
-
Masa Inkubasi pada Manusia (Ekstrinsik) (Harijanto, 2000)
Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi
pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoit. Secara umum
masa inkubasi Plasmodium falcifarum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium
vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18
hari, sedangkan pada Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi
melalui transfuse darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah
parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
-
Masa Inkubasi pada Nyamuk (Intrinsik) (Harijanto, 2000)
Setelah darah masuk ke usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna
oleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya
karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh
glikosidase. Gametisot matang dalam darah akan segera keluar dari
eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk
untuk menjadi gamet (gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya
stadium sporogoni pada nyamuk adalah P vivax 8-10 hari, P palcifarum
9-10 hari, P ovale 12-14 hari dan P malariae 14-16 hari.
Penyebaran Malaria
Malaria
adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas, yakni antara
garis bujur 600 di Utara dan 400 di Selatan yang meliputi lebih dari 100
negara yang beriklim tropis. Penduduk yang berisiko terhadap malaria
berjumlah 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap kasus malaria
berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta
kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang kini
sudah bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar
Timur Tengah, sebagian besar Karabia, sebagian besar Amerika
Selatan,Australia dan Cina (Harijanto, 2000). WHO mencatat setiap tahun
tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit
yang disebarluaskan nyamuk Anopheles itu (Ridad, 2003).Di
Indonesia saat ini, malaria juga masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat. Rata-rata kasus malaria diperkirakan sebesar 15 juta kasus
klinis pertahun. Penduduk yang terancam malaria adalah penduduk yang
umumnya tinggal di daerah endemik malaria. Diperkirakan sebesar 85,1
juta dengan tingkat endemisitas dari rendah, sedang, dan tinggi
(Achmadi, 2005). Penyakit
malaria ini menyebar cukup merata dan yang paling banyak dijumpai
adalah di luar Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan
sebagai daerah endemis malaria yang tinggi (High Incidence Area = HIA).
Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sekitar 35% penduduk
Indonseia tinggal di daerah endemis malaria. Perkembangan penyakit
malaria ini beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan di
semua wilayah. Di Jawa-Bali ditandai dengan meningkatnya kasus insiden
malaria dengan indikator API (Annual Parasite Incidece) sebesar 0,12 per
1000 penduduk pada tahun 1997, meningkat menjadi 0,62 per 1000 penduduk
pada tahun 2001. Begitu juga dengan situasi yang terjadi di luar
Jawa-Bali, dimana insiden malaria berdasarkan gejala klinis tanpa
konfirmasi laboratorium cenderung meningkat, yakni dari 16,1 per 1000
penduduk tahun 1997 menjadi 26,2 per 1000 penduduk pada tahun 2001
(Pusdatin. Jurnal, 2003).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria
Secara Epidemiologi (teori John Gordon), penyakit timbul akibat adanya
tiga faktor penting, yaitu faktor Host (penjamu), faktor Agent
(penyebab), dan faktor Environment (lingkungan). Ketiga faktor tersebut
berinteraksi secara dinamis dan saling mempengaruhi satu sama lain (Page
at all,1998).
Sedangkan menurut teori Hendrik L. Blum (1974), ada empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia (paradigma sehat), yaitufaktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
genetik atau keturunan (Muninjaya, 1999).
Faktor Lingkungan
1) Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk,
yaitu: a) Suhu udara. Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya
siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Suhu yang hangat membuat
nyamuk mudah untuk berkembang biak dan agresif mengisap darah. b)
Kelembaban udara (relative humidity). Kelembaban udara yang rendah akan
memperpendek usia nyamuk . Kelembaban mempengaruhi perilaku nyamuk,
misalnya kecepatan berkembang biak,, kebiasaan menggigit, istirahat, dan
lain-lain dari nyamuk. c) Hujan, berhubungan dengan perkembangan larva
nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada
jenis hujan, deras hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan jenis
tempat perindukan (breeding places) d) Angin, kecepatan angin pada saat
matahari terbit dan terbenam merupakan saat terbang nyamuk kedalam atau
keluar rumah dan salah asat faktor yang ikut menentukan jumlah kontak
antara manusia dan nyamuk adalah jarak terbang nyamuk (flight range).
Sutrisno, 2002 mengatakan dalam media cetak, nyamuk malaria itu bisa
terbang sejauh satu km dan lebih jauh lagi kalau terbawa angin. e)
Cahaya matahari, pengaruh sinar matahari terhadap timbulnya larva nyamuk
berbeda-beda. An. hyrcanus spp lebih menyukai tempat terbuka. An.
barbirotris dapat hidup baik ditempat yang teduh maupun di tempat yang
terang (Depkes RI,2003).
-
Lingkungan fisik yang berhubungan dengan tempat tinggal manusia
Tempat tinggal manusia yang tidak memenuhi syarat, dapat menyebabkan
seseorang kontak dengan nyamuk,diantaranya: a) Kontruksi dinding rumah.
Dinding rumah yang terbuat dari kayu atau papan sangat memungkinkan
lebih banyak lubang untuk masuknya nyamuk ke dalam rumah (Santoso,
1992). Dinding dari kayu tersebut juga tempat yang paling disenangi oleh
nyamuk Anopheles (Day, 1998). Dinding rumah berkaitan juga dengan
kegiatan penyemprotan (Indoor Residual Sprying) atau obat anti nyamuk
cair, dimana insektisida yang disemprotkan ke dinding rumah akan
menyerap sehingga saat hinggap akan mati akibat kontak dengan
insektisida tersebut dan dinding yang tidak permanen atau ada celah
untuk nyamuk masuk dan kontak dengan manusia (Setyaningrum, 1997).
Suwadera (2003) menyebutkan bahwa ada hubungan antara kontruksi dinding
rumah dengan kejadian malaria (OR: 2,74). b) Ventilasi rumah. Keadaan
ventilasi rumah yang tidak ditutupi kawat kasa akan menyebabkan nyamuk
masuk ke dalam rumah. Sedangkan Suwanda (2003) dalam penelitiannya
mengatakan adanya hubungan antara penggunaan kawat kasa dengan kejadian
malaria (OR:3,41). c) Kondisi/bahan atap rumah, empat tinggal manusia
atau kandang ternak terlebih yang beratap dan yang terbuat dari kayu
merupakan tempat yang paling disenangi oleh nyamuk Anopheles (Day.
Jurnal Depkes, 2003).
Frits (2003) dalam penelitiannya menyatakan, kondisi fisik rumah yang
kurang baik (nilai skor < median) yang diukur dari keadaan dinding,
ventilasi, jendela, atap rumah, dan lain-lain, mempunyai risiko sebesar
4,44 kali dibanding kondisi fisik rumah yang dianggap baik (nilai skor ≥
median). Namun Masra (2002) dalam penelitiannya mengatakan, type rumah
yang tidak baik mempunyai risiko hanya sebesar 1,57 kali dibanding type
rumah yang dianggap baik
-
Lingkungan fisik yang berhubungan denga tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan nyamuk penular penyakit malaria (Anopheles) adalah di
genangan-genangan air, baik air tawar atau air payau tergantung dari
jenis nyamuknya (Depkes RI, 1999). Pada daerah pantai kebanyakan tempat
perindukan nyamuk terjadi pada tambak yang tidak dikelola dengan baik,
adanya penebangan hutan bakau secara liar merupakan habitat yang
potensial bagi perkembangbiakan nyamuk An. Sundaicus dan banyaknya
aliran sungai yang tertutup pasir (laguna) yang merupakan tempat
perindukn nyamuk An. Sundaicu. (Pusdatin. Jurnal, 2003)
2. Lingkungan Kimiawi
Lingkungan kimiawi pengaruhnya adalah kadar garam pada suatu tempat
perindukan naymuk, seperti diketahui nyamuk An.. sundaicus tumbuh
optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-18% dan
dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun di beberapa
tempat di Sumatera Utara An. sundaicus sudah ditemukan pula dalam air
tawar, An. letifer dapat hidup ditempat yang asam/ pH rendah ( Depkes
RI,2003). Ketika kemarau datang luas laguna menjadi mengecil dan
sebagian menjadi rawa-rawa yang ditumbuhi ilalang, lumut-lumut seperti
kapas berwarna hijau bermunculan. Pada saat seperti inilah kadar garam
air payau ini meninggi dan menjadi habitat yang subur bagi
jentik-jentik nyamuk (Pikiran Rakyat, 2002).
3. Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari
yang masuk atau melindungi serangan dari makhluk hidup yang lain. Adanya
berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax
spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi
nyamuk di suatu wilayah. Selain itu juga adanya ternak besar seperti
sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia,
apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah ( Depkes
RI.2003).
Beragai spesies ikan lokal (indigenous) Indonesia, seperti wader pari,
ikan gendol, dan berbagai spesies ikan nila, cukup prosfektif untuk
digunakan dalam program pengendalian vector malaria. Bisa juga dengan
menempatkan hewan-hewan ternak, seperti sapi dan kerbau dalam kandang di
luar rumah dekat dengan tempat perindukan nyamuk vector dan pada garis
arah terbang nyamuk ke pemukiman penduduk, kata Prof. Sugeng (Indomedia,
2004).
4. Lingkungan Sosial Budaya
Soaisal budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio-budaya ini merupakan
faktor eksternal untuk membentuk perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Dengan demikian lingkungan sosial budaya tentunya juga erat kaitannya
dengan kejadian suatu penyakit termasuk malaria. Beberapa faktor yang
terkait dengan lingkungan sosial budaya adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan dan pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang tidak berpengaruh secara langsung dengan
kejadian malaria, namun pendidikan seseorang dapat mempengaruhi jenis
pekerjaan dan tingkat pengetahuan orang tersebut. Secara umum seseorang
yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pekerjaan yang lebih layak
dibanding seseorang yang berpendidikan rendah dan akan mempunyai
pengetahuan yang cukup terhadap masalah-masalah yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dengan pengetahuan yang cukup yang didukung oleh
pendidikan memadai akan berdampak kepada perilaku seseorang tersebut
dalam mengambil berbagai tindakan. Menurut Notoatmodjo (2000),
pengetahuan tentang penyakit (termasuk malaria) merupakan salah satu
tahap sebelum seseorang mengadopsi (berperilaku baru) ia harus tahu
terlebih dahulu apa arti dan manfaatnya perilaku tersebut bagi dirinya
atau keluarganya.
Banyak anggota masyarakat di beberapa daerah endemis malaria yang
mengangap masalah penyakit malaria sebagai masalah biasa yang tidak
perlu dikawatirkan dampaknya. Anggapantersebut membuat mereka lengah dan
kurang berkontribusi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan malaria.
Di Indonesia, mendiagnosis, mengobati, dan merawat sendiri bila sakit
malaria merupakan hal yang biasa. Masyarakat telah terbiasa mengkonsumsi
obat-obatan yang dapat dibeli di warung-warng tanpa resep dokter
(Pusdatin, 2003).
Tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit malaria, diukur dari
beberapa pertanyaan, diantaranya mengenal gejala klinis malaria,
mengetahui cara penularan, mengenal ciri nyamuk penular, mengetahui
tempat perindukan nyamuk, mengetahui cara mencegah penularan, dan
mengetahui tempat berobat bila sakit (Depkes RI, 2003).
2) Pekerjaan
Seseorang apabila dikaitkan dengan jenis pekerjaannya, akan mempunyai
hubungan dengan kejadian malaria. Ada jenis pekerjaan tertentu yang
merupakan faktor risiko untuk terkena malaria misalnya pekerjaan
berkebun sampai menginap berminggu-minggu atau pekerjaan menyadap karet
di hutan, sebagai nelayan dimana harus menyiapkan perahu dipagi buta
untuk mencari ikan di laut dan lain sebagainya. Pekerjaan tersebut akan
memberi peluang kontak dengan nyamuk (Achmadi, 2005).
3) Kebiasaan penduduk dan adat-istiadat setempat
Kebiasaan-kebiasaan penduduk maupun adat-istiadat setempat tergantung
dengan lingkungan tempat tinggalnya, banyak aktivitas penduduk yang
membuat seseorang dapat dengan mudah kontak dengan nyamuk. Kebiasaan
masyarakat dalam berpakaian, tidur menggunakan obat anti nyamuk atau
menggunakan kelambu, keluar rumah malam hari atau melakukan aktivitas di
tempat-tempat yang teduh dan gelap, misalnya kebiasaan buang hajat,
sangat berpengaruh terhadap terjadinya penularan penyakit malaria
(Depkes Pusdatin, 2003).
Seperti yang dilaporkan oleh Susanna (2005) dalam disertasinya,
kebiasaan keluar rumah pada malam hari yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir pantai Nongsa kota Batam seperti ngobrol di pinggir pantai,
nonton televisi di warung-warung sampai larut malam atau berjalan-jalan
malam hari dengan tubuh tidak tertutup secara keseluruhan, akan
mendukung terjadinya penularan malaria.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masra (2002) menyebutkan penduduk
yang mempunyai kebiasaan atau melakukan aktivitas di luar rumah malam
hari, mempunyai risiko untuk terkena penyakit malaria sebesar 2,56 kali
dibanding dengan penduduk yang tidak melakukan aktivitas di luar rumah
malam hari. Sedangkan yang dilaporkan Sulistyi (2001) dalam
penlitiannya, kebiasaan penduduk ke luar rumah malam hari yang tidak
terlindung secara utuh mempunyai risiko sebesar hampir 2 kali (OR:1,927)
dibanding dengan penduduk yang tidak mempunyai kebiasaan keluar rumah
malam hari terhadap kejadian malaria.
Tindakan pencegahan perorangan yang utama adalah bagaimana seseorang
tersebut dapat menghindari diri dari gigitan nyamuk (Kandun, 2000)
Baca Juga: Pengertian Lelang Adalah - Klasifikasi, Fungsi, Jenis-jenis Lelang, Lembaga dan Dasar Hukum Lelang di Indonesia
Demikian Penjelasan Tentang Pengertian Malaria Adalah : Penyebab, Gejala Klinis , Penyebaran dan aktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Malaria . Jangan Lupa selalu kunjungi referensisiswa.my.id untuk mendapatkan Artikel Lainnya. Terimakasih
Penelusuran yang terkait dengan Pengertian Malaria
- malaria pdf
- cara penularan malaria
- penyebab penyakit malaria adalah brainly
- masa inkubasi malaria
- patofisiologi malaria
- pencegahan malaria
- malaria tertiana
- penyebab penyakit malaria di indonesia adalah
Post a Comment