Pengertian Idiologi Feminisme - SeJarah, Tokoh, Aspek, Ciri, Jenis – Jenis, Kelebihan dan Kekurangan dari Feminisme


Pengertian Idiologi Feminisme

Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme bukan ideologi yang menebar kebencian pada kaum pria.Di Indonesia, paham feminisme berkembang cukup pesat. Namun hanya sedikit perempuan yang mau melibatkan diri untuk menjadi bagian dari gerakan yang berasal dari negara-negara Barat tersebut. Feminisme sering dicap sebagai paham yang melemahkan posisi perempuan karena orang awam menganggap bahwa penganut feminisme selalu menuntut sesuatu yang lebih dan spesial daripada pria. Padahal, gerakan feminisme hanya menuntut equal right, bukan special right.


Sejarah Feminisme

Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke-18 dan berkembang pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik bagi perempuan. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Rights of Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng Kartini ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki, selain dari kritik terhadap kolonialisme Belanda. Di akhir abad 20, gerakan feminis banyak dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya banyak memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar.

Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun satu hal yang menyatukan mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum bersifat patriaki. Aturan hukum yang dikatakan netral dan objektif sering kali hanya merupakan kedok terhadap pertimbangan politis dan sosial yang dikemudikan oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi tersebut tidak untuk kepentingan wanita. Patriaki dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan penyebab ketidakadilan, dominasi dan subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai konsekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan gender tidak akan dapat tercapai dalam struktur institusional ideologis yang saat ini berlaku.

Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap bertahannya hegemoni patriaki. Segala analisis dan teori yang kemudian dikemukakan oleh feminis diharapkan dapat secara nyata diberlakukan, karena segala upaya feminis bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah perkembangan manusia, melainkan lebih kepada upaya manusia untuk bertahan hidup. Timbulnya gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang abstrak tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.

Tokoh feminis terkenal

  1. Mary Wollstonecraft. Penulis dan filsuf Inggris sekaligus advokat hak perempuan pada abad ke-18 dengan karyanya yang terkenal berjudul A Vindication of the Rights of Woman. Bukunya berisi tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan serta peran perempuan dalam negara sebagai sosok pendidik anak-anak dan pendamping laki-laki. Dalam buku ini, Wollstonecraft juga menekankan bahwa perempuan adalah manusia yang berhak atas hak dasar sebagaimana laki-laki.
  2. Betty Friedan. Penulis, aktivis, serta feminis dari Amerika Serikat yang mempengaruhi kebangkitan feminisme gelombang kedua dengan bukunya yang berjudul The Feminine Mystique.
  3. Raden Adjeng Kartini. Pahlawan nasional Indonesia yang menggagas pendidikan untuk perempuan Jawa sebagai bentuk pemenuhan hak perempuan. Terlahir dalam keluarga aristokrat Jepara yang bercita-cita untuk sekolah tinggi namun tidak diizinkan oleh keluarganya. Korespondensi Kartini dengan para feminis Belanda diterbitkan post-mortem oleh J. H. Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.
  4. Malala Yousafzai. Perempuan muda asal Pakistan yang meraih Penghargaan Nobel Perdamaian dalam usia 17 tahun sebagai peraih Penghargaan Nobel termuda. Malala banyak menuliskan tentang pengalamannya sebagai perempuan pelajar di kampung halamannya Swat Valley Pakistan yang dikuasai oleh Taliban dan melarang anak-anak perempuan untuk bersekolah. Tulisan-tulisannya yang dimuat di blog BBC menuai ancaman yang berujung pada percobaan pembunuhan dirinya oleh Taliban pada 9 Oktober 2012

Aspek Gerakan Faminisme

Beberapa aspek yang mempengaruhi  munculnya gerakan feminisme :
  1. Aspek politik merupakan aspek yang ketika rakyat amerika memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1776, deklarasi kemerdekaan amerika menyantumkan bahwa “all men are created aquel” (semua laki-laki diciptakan sama), tanpa menyebut-nyebut perempuan
  2. Aspek agama menganggap bahwa gereja mendudukan wanita inferior, karena baik agama protestan maupun agama katolik menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah daripada kedudukan laki-laki.
  3. Aspek konsep sosialisme dan marxis. Aspek ini beranjak dari pikiran Fedderick Engels yang mengemukakan bahwa ‘Dalam keluarga, dia (suami) adalah borjuis dan istri mewakili kaum prolentar.


Ciri – Cir dari Feminisme

  • Perhatikan perbedaan atau ketidakadilan antara pria dan wanita.
  • Menuntut persamaan hak untuk pria dan wanita.
  • Pria dianggap orang yang lebih peduli pada diri mereka sendiri.
  • Gerakan ini didominasi oleh wanita.

Jenis – Jenis Feminisme

  • Feminisme Liberal
Seperti namanya, jenis feminisme ini mengikuti pemahaman liberalisme, yang berkaitan dengan kebebasan. Mereka menyatakan bahwa “semua pria, pria dan wanita seimbang, harmonis dan seharusnya tidak ada penindasan di antara mereka sendiri”. Karakter utama gerakan feminis liberal adalah Mary Wollstonecraft, yang menulis buku berjudul “Membela Hak-Hak Perempuan”.
Dalam bukunya ia menyebutkan bahwa pria dan wanita memiliki alasan yang sama karena harus ada perlakuan yang sama dan hak keduanya. Dalam sejarahnya, gerakan feminis liberal lebih memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara daripada pria.
  • Feminisme Marxis (Komunis)
Feminisme Marxis muncul karena menganggap bahwa keterbelakangan perempuan disebabkan oleh kapitalisme di satu negara. Kapitalisme itu sendiri adalah pemahaman yang menyatakan bahwa individu dapat memperkaya diri sendiri sebanyak mungkin. Feminisme Marxisme melihat ini sebagai ketidakadilan bagi perempuan.
Mereka menganggap bahwa laki-laki mengendalikan program produksi dan dengan demikian mengambil posisi yang lebih tinggi dalam masyarakat. Karena posisi mereka yang lebih tinggi, pria seringkali menekan wanita yang “lebih lemah”. Tujuan utama feminis Marxis adalah penghapusan sistem kapitalis.
  • Feminisme Sosialis
Feminisme sosialis muncul karena kritik terhadap feminisme Marxis. Feminisme sosialis berpendapat bahwa kapitalisme bukanlah pusat masalah status sosial perempuan yang rendah. Tujuan utama feminisme sosialis adalah penghapusan sistem kepemilikan dalam struktur sosial. Misalnya, mereka tidak setuju dengan hukum yang melegalkan properti pria dalam pernikahan.
  • Feminisme Radikal
Pemahaman ini muncul pada pertengahan abad ke-19 dan menawarkan ideologi “Perjuangan Separatisme Wanita”. Dalam hal ini, mereka menuntut kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam setiap struktur sosial, misalnya dalam keluarga.
Feminisme radikal lebih berfokus pada perjuangan untuk hak-hak perempuan dalam istilah biologis (alam). Namun dalam perkembangannya, feminisme ini menjadi ekstrem, mereka hanya mulai fokus pada wanita. Pria tidak memberikan kontribusi positif dan timbul ide bahwa wanita harus dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan.

  • Feminisme pascakolonial
Dasar pandangan ini berakar pada penolakan universalitas pengalaman perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antarbangsa, suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex, and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial, dan pendidikan.”
  • Feminisme Nordik

Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan pandangan Feminis Marxis maupun Radikal. Nordi lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yang bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara

  • Feminisme Anarkis
Feminisme anarkis juga merupakan salah satu ide feminisme ekstrem. Mereka percaya bahwa negara dan laki-laki adalah pusat dari semua masalah perempuan. Karena itu, tujuan feminisme anarkis adalah untuk menghancurkan negara dan laki-laki dan mewujudkan impian bahwa perempuan memiliki kekuatan tertinggi dalam struktur sosial.
  • Feminisme Postmodern
Feminisme postmodern adalah feminisme yang perkembangannya dimulai sekarang. Feminisme postmodern adalah gerakan feminis yang anti-sesuatu dengan sifat absolut dan anti-otoritas. Feminis postmodern terkemuka menghindari keberadaan unit yang membatasi perbedaan. Artinya, feminis dapat menjadi apa pun yang mereka inginkan, dan tidak ada formula “feminis yang baik”.
Namun, feminisme postmodern memiliki tema atau orientasi dalam gerakannya. Mereka mengatakan bahwa seksualitas dibangun oleh bahasa. Kehidupan manusia dibentuk oleh bahasa, sehingga melalui ucapan kita bisa mengatasi ketidakadilan perempuan. Bahasa yang dimaksud di sini adalah argumen, pendapat, tulisan, dll.


Kelebihan dan Kekurangan dari Feminisme

Feminisme berlebihan
  • Memiliki semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah.
  • Sangat sensitif terhadap ketidakadilan.
  • Kelompoknya memiliki persatuan yang kuat dan sangat setia.
Kurangnya feminisme
  • Terkesan egois, karena saya hanya melihat sesuatu dengan menggambarkan ketidakadilan mereka.
  • Dalam perkembangannya, mereka cenderung memandang rendah laki-laki.
  • Berbeda dengan banyak agama.



Penelusuran yang terkait dengan Sejarah dari Feminisme
  • sejarah feminisme pdf
  • contoh feminisme
  • feminisme di indonesia
  • feminisme radikal
  • aliran feminisme
  • feminisme adalah
  • feminisme dalam islam
  • pertanyaan tentang feminisme