Tari Ratoh Jaroe: Sejarah Singkat, Gerakan, Kostum dan Perbedaan dengan Tari Saman

Table of Contents

 

Sumber Gambar : tanahlautkab.go.id

Tari Ratoh Jaroe adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Aceh, Indonesia. Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat Aceh.

Tari Ratoh Jaroe memiliki akar sejarah yang kaya dan dipercaya berasal dari zaman Kesultanan Aceh. Tarian ini awalnya dipentaskan sebagai hiburan untuk para penguasa dan raja-raja Aceh. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini menjadi populer dan diadopsi oleh masyarakat umum sebagai bagian dari tradisi budaya mereka.

Secara bahasa, "Ratoh" berarti "seribu" dan "Jaroe" berarti "gerakan". Jadi, Tari Ratoh Jaroe secara harfiah berarti "seribu gerakan". Nama ini menggambarkan keindahan dan kompleksitas gerakan dalam tarian ini.

Tari Ratoh Jaroe ditampilkan oleh sekelompok penari wanita yang mengenakan pakaian tradisional Aceh yang indah dan warna-warni, seperti baju kurung, kain sarung, dan selendang. Penari juga mengenakan perhiasan dan hiasan kepala yang khas.

Gerakan dalam Tari Ratoh Jaroe sangat elegan dan lemah gemulai. Gerakan tangan, mata, dan kepala penari sangat ekspresif, mencerminkan kelembutan dan keanggunan. Tarian ini juga melibatkan gerakan kaki dan tubuh yang mengalir dengan irama musik yang mengiringi.

Tarian ini biasanya diiringi oleh musik tradisional Aceh yang menggunakan alat musik seperti gendang, rebab, serunai, dan talempong. Musik yang dimainkan memiliki ritme yang khas dan menggugah semangat.

Tari Ratoh Jaroe memiliki makna dan tujuan yang beragam. Selain sebagai hiburan, tarian ini juga menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan moral, cerita rakyat, atau perasaan cinta dan keindahan alam. Tarian ini juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya masyarakat Aceh.

Meskipun Aceh pernah mengalami masa konflik dan bencana alam, Tari Ratoh Jaroe terus dilestarikan dan dipertunjukkan sebagai bagian dari upaya membangkitkan semangat, mempererat persatuan, serta melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Aceh yang kaya.

Tari Ratoh Jaroe menjadi salah satu warisan budaya yang penting bagi masyarakat Aceh dan telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

 

Sejarah Singkat Tari Ratoh Jaroe

Tari Ratoh Jaroe adalah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. Tarian ini memiliki sejarah yang kaya dan panjang dalam budaya Aceh. Berikut ini adalah sejarah singkat Tari Ratoh Jaroe:

  1. Asal Usul:
    Tari Ratoh Jaroe berasal dari zaman Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-17. Pada masa itu, tarian ini dipentaskan sebagai hiburan di istana untuk menghibur raja dan para bangsawan. Tari Ratoh Jaroe berkembang sebagai bagian dari budaya istana dan menjadi simbol keanggunan, kelembutan, dan keindahan dalam tradisi Aceh.

  2. Perkembangan dan Penyebaran:
    Selama berabad-abad, Tari Ratoh Jaroe terus berkembang dan menjadi populer di kalangan masyarakat Aceh. Pertunjukan tarian ini juga menjadi bagian dari perayaan budaya, pernikahan, festival seni, dan acara-acara penting lainnya di Aceh. Tari Ratoh Jaroe telah dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Aceh.

  3. Nilai dan Makna:
    Tari Ratoh Jaroe memiliki nilai-nilai yang kuat dalam budaya Aceh. Tarian ini menggambarkan kelembutan, keanggunan, dan keindahan sebagai wujud dari nilai-nilai perempuan yang dihargai dalam masyarakat Aceh. Tari Ratoh Jaroe juga mengandung pesan-pesan moral dan sosial, serta cerita-cerita tentang cinta, kesetiaan, dan kehidupan sehari-hari.

  4. Pelestarian dan Pengakuan Internasional:
    Tari Ratoh Jaroe terus dilestarikan oleh komunitas tari dan seniman di Aceh. Upaya pelestarian dan pengembangan tarian ini melibatkan pelatihan, pertunjukan, serta penelitian dan dokumentasi untuk menjaga keaslian gerakan, kostum, dan musiknya. Pengakuan internasional juga diberikan kepada Tari Ratoh Jaroe, termasuk sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang diakui oleh UNESCO.

Tari Ratoh Jaroe merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya Aceh. Tarian ini tidak hanya menjadi representasi seni dan keindahan, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan kebanggaan masyarakat Aceh.

 

 

Gerakan Tari Ratoh Jaroe

 Apabila dilihat secara sekilas dari penyajiannya, tari ratoh jaroe dan tari saman memang terlihat mirip. Terutama mengingat bahwa kedua tari tradisional ini berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Namun, perlu diketahui bahwa tari ratoh jaroe dan tari saman memiliki perbedaan. Meskipun kedua tari tradisional ini bukanlah jenis tari berpasangan, tetapi perbedaannya dapat dilihat dari pembawaannya. Pada umumnya, tari ratoh jaroe akan dibawakan secara berkelompok oleh penari perempuan dan jumlahnya harus genap. Sementara itu, tari saman dapat dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Perbedaannya lain dapat diperhatikan dari jenis gerakannya. Tari ratoh jaroe umumnya lebih banyak menggunakan gerakan yang cepat serta tegas. Jika dilihat dari maknanya, tari ratoh jaroe memiliki makna untuk menunjukan semangat dari masyarakat Aceh, khususnya kaum wanita. Oleh sebab itu, tari ratoh jaroe hanya dapat dibawakan oleh penari perempuan dan tidak bisa dibawakan oleh penari laki-laki. Agar lebih jelas, berikut ragam gerak tari ratoh jaroe, pola tangan dan pola lantai yang biasanya digunakan. Dalam tari ratoh jaroe, ada lima ragam gerakan yang biasanya digunakan dalam pementasan. Berikut penjelasannya. 

  1. Gerakan Masuk Pertama Gerakan masuk pertama, pada gerakan ini, seluruh penari akan memasuki panggung maupun arena pertunjukan untuk melakukan berbagai ragam gerakan tari ratoh jaroe. Pada umumnya, penari ratoh jaroe akan dibagi ke dalam dua kelompok yang masuk pada sisi kanan serta sisi kiri.
  2. Gerakan Bumpempeng - Pada ragam gerakan kedua tari ratoh jaroe, para penari akan duduk dengan 1×8+6. Ragam gerakan ini adalah gerakan wajib yang harus ada dalam setiap pertunjukan tari ratoh jaroe dari Aceh dan gerakan ini ditandai dengan tempo serentak
  3. Gerakan Ja Ku Timang - Gerakan ja ku timang merupakan gerakan ketiga yang akan dilakukan ketika seluruh penari telah memasuki arena pertunjukan. Gerakan ini diiringi dengan alunan syair yang memiliki makna rasa senang, rasa semangat yang dirasakan oleh masyarakat.
  4. Gerakan Lilahoyan - Gerakan lilahoyan merupakan gerakan dalam tari ratoh jaroe yang ditandai dengan para penari mengangkat tangannya ke atas secara bergantian ke arah kanan dan kiri sebagai bentuk dari rasa senang gembira.
  5. Gerakan akhir adalah gerakan yang ditarikan untuk menandai bahwa tari ratoh jaroe akan segera berakhir. Pada gerakan ini, para penari akan menari dengan level tertentu.

 

 Pola Tangan dan Pola Lantai Tari Ratoh Jaroe

 Tari Ratoh Jaroe memiliki pola tangan dan pola lantai yang khas. Berikut adalah beberapa contoh pola tangan dan pola lantai yang sering digunakan dalam Tari Ratoh Jaroe:

Pola Tangan:

  1. Pola Tangan Menggenggam: Salah satu pola tangan yang umum adalah dengan mengepal jari-jari tangan dan meletakkannya di depan dada, sehingga ibu jari berada di dalam genggaman jari-jari lainnya. Pola ini memberikan kesan kekuatan dan kekompakan.
  2. Pola Tangan Terbuka: Penari juga sering menggunakan pola tangan terbuka dengan jari-jari yang direntangkan dan saling menjari. Pola ini memberikan kesan kelembutan dan keanggunan.
  3. Pola Tangan Menggenggam Bunga: Beberapa gerakan dalam Tari Ratoh Jaroe melibatkan pola tangan yang menirukan memegang atau merangkai bunga. Penari membentuk pola tangan dengan jari-jari yang mengepal lembut dan menirukan gerakan merangkai bunga.


Pola Lantai:

  1. Pola Lingkaran: Pola lantai dalam Tari Ratoh Jaroe sering kali melibatkan gerakan berputar atau membentuk lingkaran. Penari mengelilingi panggung atau ruang tari dalam pola lingkaran yang lemah gemulai, menambahkan keindahan visual dalam pertunjukan.
  2. Pola Maju-Mundur: Penari juga melakukan gerakan maju-mundur dalam pola lantai. Mereka bisa melangkah maju dan kemudian mundur dengan gerakan kaki yang lemah gemulai dan mengikuti irama musik.
  3. Pola Membentuk Formasi Kelompok: Dalam beberapa bagian tarian, penari dapat membentuk formasi kelompok dengan pola lantai yang telah ditentukan. Mereka bisa membentuk garis, lingkaran, atau pola geometris lainnya, menunjukkan kerja sama dan kekompakan dalam penampilan kelompok.


Pola tangan dan pola lantai dalam Tari Ratoh Jaroe dapat bervariasi tergantung pada variasi tarian dan interpretasi dari penari dan kelompok tari tertentu. Setiap kelompok tari atau guru tari dapat memberikan variasi dan penekanan yang unik pada pola tangan dan pola lantai dalam pertunjukan Tari Ratoh Jaroe.

 

Tata Rias, Kostum, Musik Iringan Tari Ratoh Jaroe

 Tata rias, kostum, dan musik irama yang mengiringi Tari Ratoh Jaroe juga merupakan elemen penting dalam pertunjukan tarian ini. Berikut adalah deskripsi umum mengenai tata rias, kostum, dan musik yang biasanya terkait dengan Tari Ratoh Jaroe:

Tata Rias:

  1. Wajah: Biasanya, penari Tari Ratoh Jaroe menggunakan tata rias yang lebih alami dan sederhana. Wajah penari dipoles dengan warna-warna lembut, seperti nuansa merah muda atau cokelat muda, untuk memberikan kesan kelembutan dan keanggunan.
  2. Mata: Bagian mata penari ditekankan dengan penggunaan eyeliner dan maskara yang menyoroti keindahan mata. Pada beberapa kesempatan, penari juga menggunakan eyeshadow dengan warna-warna yang lembut untuk memberikan penekanan visual.
  3. Bibir: Bibir penari biasanya diwarnai dengan lipstik yang netral atau lembut agar tampilan wajah tetap alami dan tidak mencolok.


Kostum:

  1. Baju Kurung: Penari Tari Ratoh Jaroe mengenakan baju kurung, yaitu pakaian tradisional Aceh yang terdiri dari atasan longgar dengan lengan panjang dan rok panjang. Baju kurung tersebut seringkali berwarna cerah dan dihiasi dengan bordiran atau sulaman yang indah.
  2. Kain Sarung: Di bagian bawah, penari mengenakan kain sarung yang dililitkan di pinggang. Kain sarung ini biasanya memiliki warna dan motif yang serasi dengan baju kurung.
  3. Selendang: Penari juga memakai selendang yang diikatkan di bahu atau pinggang. Selendang ini memberikan sentuhan elegan dan mengalir saat gerakan tarian dilakukan.
  4. Perhiasan: Untuk melengkapi kostum, penari Tari Ratoh Jaroe juga memakai perhiasan tradisional, seperti gelang, kalung, anting, dan cincin yang terbuat dari emas atau perak. Perhiasan ini menambah kilauan dan keanggunan dalam penampilan mereka.


Musik Iringan:

  1. Gendang: Gendang adalah instrumen utama yang mengiringi Tari Ratoh Jaroe. Gendang yang digunakan biasanya terbuat dari kayu dan kulit binatang. Gendang memberikan ritme dan pola yang kuat, mengatur langkah-langkah tarian.
  2. Rebab: Rebab adalah alat musik dawai yang biasanya terbuat dari kayu dan memiliki dua atau tiga senar. Rebab menghasilkan melodi yang khas dan memberikan nuansa emosional dalam musik irama Tari Ratoh Jaroe.
  3. Serunai: Serunai adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Serunai memberikan suara yang khas dan sering digunakan untuk mengiringi Tari Ratoh Jaroe.
  4. Talempong: Talempong adalah alat musik tradisional Aceh yang terdiri dari seperangkat gong kecil yang terbuat dari logam. Talempong memberikan suara gemerincing yang khas dan memberikan ritme yang indah dalam musik Tari Ratoh Jaroe.


Musik irama yang mengiringi Tari Ratoh Jaroe memiliki ritme yang khas, menggugah semangat, dan mengiringi gerakan penari dengan harmoni. Musik ini mencerminkan kekayaan budaya Aceh dan menyatu dengan gerakan tari yang anggun.

 

Syair Pengiring Tari Ratoh Jaroe

Berikut ini adalah pembagian syair atau lirik lagu yang menjadi pengiring dalam tari ratoh jaroe yang disesuaikan dengan gerakannya. Berikut penjelasannya:

Gerakan Kosong

Pada gerakan ini tidak menggunakan syair

Assalammu’alaikum

Diikuti dengan lirik berikut
“Assalamu alaikum walaikum warahmatullah
Jaroe dua blah, dua blah ateuh jeumala
Jaroe lon siploh, hai siploh di ateuh ulee
Meu’ah lon lake, lon lake bak kaom dumna”“Karena saleum hai saleum Nabi khen Sunnah
Jaroe tamumat, tamumat syarat mulia
Mulia wareh hai wareh ranup lampuan
Mulia rakan hai rakan mameh suara

Alhamdulillah
“Alhamdulillah, pujo ke Tuhan yang peu jeut alam langet ngon donya
Teuma seulaweuet ateuh janjongan, penghule alam Rasul ambia”

Amin
“Amin Allah sembah amin, ureuneng mukmin dilake-lake do’a
berkat rahmat Allah yang bri, Nanggroe Aceh makmur sajahtra“Lale-lale geutanyoe lale
Hana tatente umu ka tuha
Puteh ngon janggot kuneng ngon misee
Han tem ta chom be tika mushalla”

Jud Ma’jud
“Hai jud Ma’jud jikurok-kurok gunong
Jih keunek tamong u dalam donya
Uroe dikurok malam diseube
Malaikat te geujak do teuma”

Mala Mala

“hem mala-mala
Dengoe-dengoe lon kisah saboh khabaran
Hem mala mala
Bayeun-bayeun teurebang, jidong cok jeumpa”

Aroe

“Aroe pulo Pineung dibedoh gelumbang tujoh
Lam on patah manyang di dalam minyeuk Meulabo”
….

Rhet & Khutitek

“Rot ka rot meunan, meunan rot karot meunan
Cok ampon teungku raja”

 

Perbedaan Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe

Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe adalah dua tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh, Indonesia. Meskipun keduanya memiliki akar budaya yang sama, terdapat perbedaan signifikan antara keduanya dalam hal gerakan, makna, dan konteks pertunjukan. Berikut adalah perbedaan utama antara Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe:

  1. Asal Usul dan Makna:

    • Tari Saman: Tari Saman berasal dari suku Gayo, Aceh Tengah, dan memiliki makna yang kuat dalam konteks kebersamaan, kebersahajaan, dan persatuan. Tari Saman awalnya merupakan tarian religius yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan penyampaian pesan di dalam masyarakat.
    • Tari Ratoh Jaroe: Tari Ratoh Jaroe berasal dari suku Aceh dan memiliki makna yang lebih fokus pada kelembutan, keanggunan, dan keindahan. Tarian ini sering kali menjadi bagian dari perayaan budaya, pernikahan, atau acara-acara penting lainnya di Aceh.
  2. Gerakan dan Ekspresi:

    • Tari Saman: Gerakan dalam Tari Saman didominasi oleh gerakan tangan yang kompleks dan cepat, serta tepukan tangan yang khas. Tarian ini menekankan koordinasi dan sinkronisasi antara para penari, dengan gerakan yang energik dan dinamis.
    • Tari Ratoh Jaroe: Gerakan dalam Tari Ratoh Jaroe lebih lemah gemulai, anggun, dan mengalir. Penari menampilkan gerakan tangan, mata, kepala, dan tubuh yang lembut, menunjukkan keindahan dan keanggunan. Tari Ratoh Jaroe lebih fokus pada ekspresi emosi dan cerita melalui gerakan yang halus.
  3. Musik dan Iringan:

    • Tari Saman: Musik yang mengiringi Tari Saman menggunakan instrumen tradisional seperti rebana (gendang), serunai (alat musik tiup), dan gong. Rhythm dan tempo musiknya lebih cepat, sesuai dengan gerakan cepat dan dinamis dalam tarian ini.
    • Tari Ratoh Jaroe: Musik yang mengiringi Tari Ratoh Jaroe menggunakan instrumen seperti gendang, rebab (alat musik dawai), serunai, dan talempong (gong kecil). Rhythm dan tempo musiknya lebih lambat dan lembut, sesuai dengan gerakan yang lemah gemulai dan anggun dalam tarian ini.
  4. Konteks Pertunjukan:

    • Tari Saman: Tari Saman sering ditampilkan dalam upacara adat, acara keagamaan, dan festival budaya. Tarian ini juga dikenal secara internasional dan sering dijadikan sebagai simbol budaya Aceh.
    • Tari Ratoh Jaroe: Tari Ratoh Jaroe biasanya ditampilkan dalam perayaan pernikahan, festival seni, atau acara sosial lainnya di Aceh. Pertunjukan ini lebih terfokus pada hiburan dan keindahan visual dalam tarian.

Meskipun Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe memiliki perbedaan dalam gerakan, makna, dan konteks pertunjukan, keduanya tetap merupakan bagian penting dari warisan budaya Aceh dan merupakan ekspresi seni yang indah dari masyarakat setempat.

Post a Comment