Sejarah Tari Legong : Ciri Khas, Filosofis, Pementasan dan Pelestarian Tari Legong Bali

Table of Contents

 

Sumber Gambar :istockphoto.com

Tari Legong adalah tarian tradisional Bali yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Tari ini awalnya dipersembahkan untuk raja-raja di Kerajaan Bali kuno.

Menurut sejarah, Tari Legong berasal dari desa Sukawati, Gianyar, Bali. Tari ini mulai populer dan dikenal luas pada abad ke-19 setelah dipentaskan di puri raja-raja Bali.

Tari Legong merupakan tarian sakral yang melambangkan kesucian dan keanggunan perempuan Bali. Para penari Legong disebut dengan Legong Kraton. Mereka biasanya berusia 6-8 tahun dan telah dilatih bertahun-tahun untuk menari dengan luwes dan anggun.

Gerakan tari Legong didominasi oleh gerakan tangan yang lembut dan luwes meniru gerakan merak. Kostum yang dikenakan penari Legong juga khas dengan hiasan bunga-bunga emas. Tari ini biasanya diiringi gamelan Bali dan kidung suci para penari.

 

Ciri Khas Tari Legong Bali

Tari Legong Bali memiliki ciri khas yang unik dibandingkan jenis tari Bali lainnya. Berikut adalah ciri khas utama dari Tari Legong Bali:

Gerakan

Gerakan tari Legong Bali sangat lembut, luwes, dan penuh ekspresi. Para penari Legong menari dengan gerakan yang gemulai seperti seekor merak betina. Selain itu, gerakan kaki para penari Legong juga sangat rinci dan halus, terutama gerakan jinjit atau berjinjit. Gerakan tangan dan lengan juga anggun meliuk-liuk mengikuti irama.

Kostum

Kostum tari Legong terdiri dari pakaian adat Bali yang indah dan detail. Para penari mengenakan baju kebaya lengan panjang berwarna putih dengan hiasan emas atau perak, kain songket, serta perhiasan seperti gelang, kalung, dan mahkota bunga. Rambut disanggul dengan hiasan bunga. Penari Legong terlihat anggun dan memesona dengan kostum tradisional Bali ini.

Properti

Properti utama tari Legong adalah kipas tangan yang digunakan para penari untuk mengekspresikan gerakan menari. Selain itu, kadang digunakan pula properti tambahan seperti selendang atau rekayasa (topeng) untuk menggambarkan tokoh tertentu.

Musik Pengiring

Tari Legong diiringi oleh instrumen gamelan Bali seperti gong, kendang, suling, dan lainnya. Musik gamelan yang dimainkan selalu mengikuti irama dan tempo gerakan para penari. Musik gamelan ini sangat penting untuk mengiringi dan melengkapi penampilan tari Legong Bali.

 

Jenis-Jenis Tari Legong Bali

Tari Legong merupakan tarian Bali yang paling populer dan ikonik. Ada beberapa jenis Legong yang terkenal, diantaranya:

Legong Kraton

Legong Kraton merupakan jenis Legong yang paling tua dan murni. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh tiga orang penari perempuan yang masih berusia antara 6-12 tahun. Legong Kraton ditampilkan di puri raja atau puri bangsawan di Bali. Gerakan tarinya halus, lembut, dan anggun.

Legong Jobog

Legong Jobog diciptakan oleh raja di Puri Klungkung. Tarian ini ditampilkan oleh dua orang penari dan gerakannya lebih bebas dan dinamis dibanding Legong Kraton. Legong Jobog menggambarkan dua ekor burung merak yang sedang menari.

Legong Condong

Legong Condong menggambarkan tokoh Dewi Supraba dari kisah Ramayana yang mencari dan merindukan suaminya Rama. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh dua penari perempuan. Gerakan tarinya melankolis dan penuh dramatisasi.

Selain itu ada jenis Legong lain seperti Legong Lasem, Legong Semarandhana, Legong Trunajaya, dan lain-lain. Masing-masing Legong memiliki ciri khas tersendiri dalam gerakan, karakter, dan cerita yang disampaikan.

 

Makna Filosofis Tari Legong Bali

Tari Legong Bali memiliki makna filosofis yang mendalam. Tarian ini merupakan ungkapan emosi dan ekspresi jiwa masyarakat Bali yang halus dan lembut.

Beberapa nilai yang terkandung dalam Tari Legong Bali antara lain:

  • Kesucian
  • Kerendahan hati
  • Kelembutan
  • Ketenangan

Tari Legong melambangkan sosok perempuan Bali yang anggun, lemah lembut, dan penuh pesona. Gerakan kaki yang dihentak-hentakkan melambangkan kekuatan, sedangkan gerakan tangan yang lentik melambangkan kewanitaan.

Busana yang dikenakan penari Legong juga memiliki makna filosofis. Mahkota melambangkan status penari sebagai Dewi atau bidadari. Hiasan bunga melambangkan kesuburan. Perhiasan emas melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Dengan demikian, Tari Legong Bali bukan sekadar pertunjukan seni belaka. Tarian ini mengandung nilai-nilai luhur yang mewakili jiwa dan pandangan hidup masyarakat Bali.

 

Pementasan Tari Legong Bali

Tari Legong Bali biasanya dipentaskan di pura atau tempat suci lainnya di Bali. Selain itu, tarian ini juga sering ditampilkan dalam berbagai acara adat maupun pariwisata.

Tempat Pementasan

Tempat pementasan utama Tari Legong Bali adalah di Puri, yaitu istana kerajaan di Bali. Selain itu, tarian ini juga dipentaskan di tempat-tempat suci seperti pura dan candi. Pementasan di tempat sakral ini bertujuan untuk tujuan ritual keagamaan.

Di era modern, Tari Legong Bali juga dipentaskan di panggung hiburan, hotel, dan tempat pariwisata lainnya. Pementasan di tempat-tempat ini bertujuan untuk pertunjukan dan hiburan bagi wisatawan.

Acara Pementasan

Tari Legong Bali biasanya ditampilkan dalam berbagai acara adat di Bali, seperti acara pernikahan, khitanan, hari raya, dan upacara keagamaan. Tarian ini dipentaskan sebagai penghormatan dan persembahan kepada para dewa.

Selain itu, Tari Legong Bali juga menjadi tarian wajib dalam berbagai festival dan pertunjukan kesenian di Bali. Tarian ini sering ditampilkan dalam acara pariwisata seperti Kuta Karnival dan Bali Art Festival.

Kostum dan Tata Rias

Penari Legong Bali mengenakan kostum adat khas Bali yang disebut kain kapas. Kostum ini berupa kain panjang bermotif batik Bali yang dibalut di tubuh dan diikat di pinggang.

Penari Legong juga mengenakan perhiasan emas seperti gelang, kalung, dan jamang. Tata rias wajah para penari biasanya natural dengan sentuhan makeup tipis berwarna terang di sekitar mata. Rambut disanggul dan dihiasi bunga.

Persiapan Pementasan

Sebelum pementasan Tari Legong Bali, para penari melakukan persiapan matang baik fisik maupun mental. Mereka berlatih gerakan rumit ini bertahun-tahun sejak usia dini.

Persiapan juga dilakukan dengan berdoa memohon kekuatan dari Sang Hyang Widhi agar dapat menari dengan baik. Para penari Legong juga melakukan puasa dan memperbanyak sesajen sebelum pentas.

Dengan persiapan matang, para penari Legong Bali dapat menampilkan tarian sakral ini dengan penuh penghayatan.

 

Tokoh Legong Bali

Tari Legong Bali telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan telah melahirkan banyak penari terkenal. Beberapa tokoh legong Bali yang terkenal antara lain:

Ni Ketut Arini

Ia adalah salah satu penari legong paling terkenal di Bali. Ni Ketut Arini mulai belajar menari sejak usia 5 tahun dan telah tampil di berbagai acara besar, baik di dalam maupun luar negeri. Gaya menarinya yang lembut dan penuh penghayatan sangat dikagumi.

Desak Made Suarti

Desak Made Suarti adalah penari legong senior yang juga dikenal sebagai guru tari. Ia telah melatih banyak generasi penari legong Bali dan aktif melestarikan tari ini. Desak Made Suarti dikenal dengan gayanya yang enerjik dan penuh ekspresi.

Cenik Sri Lestari

Cenik Sri Lestari adalah penari legong yang populer pada era 1960-1970an. Ia dikenal dengan keanggunan dan kelembutan gaya menarinya. Cenik Sri Lestari banyak tampil dalam pertunjukan dan tur keliling dunia memperkenalkan tari Legong Bali.

Ni Made Ruastiti

Ni Made Ruastiti adalah penari legong kontemporer yang juga aktor dan koreografer. Ia dikenal dengan gayanya yang dinamis dan kreatif. Ni Made Ruastiti banyak berkarya dalam mengembangkan tari Legong Bali agar tetap relevan di era modern.

Demikianlah beberapa tokoh legong Bali yang terkenal karena kemampuan dan dedikasi mereka dalam melestarikan tari tradisional ini. Mereka telah menginspirasi banyak orang untuk mengenal dan mencintai tari Legong Bali.

 

Pelatihan Menari Legong Bali

Tari Legong merupakan tarian sakral yang diajarkan secara turun temurun di Bali. Anak-anak perempuan biasanya mulai belajar menari Legong pada usia 5-7 tahun. Mereka akan menjalani pelatihan intensif selama bertahun-tahun untuk menguasai gerakan-gerakan rumit dalam tarian ini.

Pelatihan tari Legong biasanya berlangsung di puri atau rumah guru tari. Para murid akan berlatih setiap hari selama berjam-jam di bawah bimbingan guru tari yang sudah berpengalaman. Pelatihan tari Legong membutuhkan dedikasi dan ketekunan yang tinggi.

Secara umum, pelatihan tari Legong dilakukan melalui beberapa tahap:

  • Tahap awal: murid mempelajari gerakan dasar tari Legong seperti sikap tangan, kaki, kepala, dan ekspresi. Mereka juga dilatih untuk menari mengikuti iringan gamelan.

  • Tahap menengah: fokus pada penguasaan gerakan inti tari Legong yang lebih rumit. Murid juga mulai berlatih menarikan cerita melalui gerakan.

  • Tahap lanjut: penyempurnaan gerakan dan penjiwaan tarian. Murid berlatih mengekspresikan emosi dan karakter melalui tariannya. Mereka juga mulai tampil dalam pementasan.

  • Tahap penyempurnaan: latihan rutin untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penampilan tari Legong.

Melalui proses pelatihan bertahun-tahun, para penari Legong muda dibekali keterampilan menari yang mumpuni serta memahami makna filosofis di balik tarian sakral ini. Pelatihan tari Legong memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya Bali.

 

Pelestarian Tari Legong Bali

Tari Legong merupakan warisan budaya Bali yang harus dilestarikan agar tidak punah dimakan zaman. Beberapa upaya pelestarian Tari Legong Bali dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain:

Upaya Pelestarian

  • Memperkenalkan Tari Legong kepada generasi muda melalui pentas seni di sekolah-sekolah.
  • Memberikan pelatihan menari Legong sejak usia dini agar minat generasi muda terhadap tari ini tetap terjaga.
  • Mengadakan festival dan kompetisi menari Legong untuk menggali bibit-bibit penari muda berbakat.
  • Membuat dokumentasi audio visual pertunjukan Legong untuk kepentingan edukasi dan preservasi.

Lembaga Pelestarian

Beberapa lembaga yang berperan aktif dalam melestarikan Tari Legong Bali antara lain Sanggar Seni Sekar Jepun di Denpasar, Sanggar Tari Pusaka di Gianyar, dan Yayasan Seni dan Budaya Bali di Tabanan. Lembaga-lembaga ini secara rutin menyelenggarakan pelatihan, pementasan, dan berbagai kegiatan untuk melestarikan tari Legong.

Generasi Penerus

Untuk menjaga eksistensi Tari Legong, diperlukan generasi penerus penari Legong yang berbakat dan mencintai kesenian Bali ini. Oleh karena itu, orang tua dan guru seni tari perlu membimbing anak-anak yang memiliki minat dan bakat menari untuk mempelajari Tari Legong. Dengan demikian, regenerasi penari Legong dapat terus berlanjut sehingga kesenian tradisional ini tidak punah.

 

Tari Legong Bali di Era Modern

Tari Legong Bali telah mengalami banyak perkembangan di era modern ini. Meskipun masih mempertahankan nilai tradisi dan filosofinya, seni tari ini juga menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Salah satu perkembangan penting adalah munculnya variasi gerak dan iringan musik yang lebih kontemporer. Para penari Legong kini juga sering menampilkan koreografi dan kostum yang lebih modern, tanpa meninggalkan inti dari Legong itu sendiri. Hal ini dilakukan agar seni tari Legong tetap relevan dan menarik bagi generasi milenial.

Tantangan terbesar yang dihadapi Tari Legong Bali saat ini adalah kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan melestarikan tari ini. Banyak remaja Bali kini lebih tertarik menekuni tari-tarian kontemporer daripada harus berlatih bertahun-tahun untuk menari Legong.

Oleh karena itu, banyak upaya dilakukan untuk membuat Tari Legong Bali tetap eksis dan populer. Misalnya dengan memasukkan tari ini ke dalam kurikulum sekolah, mengadakan festival untuk mempromosikannya, dan menggelar pertunjukan kolaborasi antara penari Legong dan seniman kontemporer.

Harapannya, generasi muda Bali akan kembali bangga dan tertarik untuk mempelajari seni tari warisan leluhurnya ini. Dengan demikian, Tari Legong Bali akan tetap lestari dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

 

Kesimpulan

Tari Legong Bali merupakan tarian tradisional yang berasal dari Bali. Tarian ini memiliki ciri khas gerakan yang lembut dan anggun. Ada beberapa jenis Legong seperti Legong Keraton, Legong Jobog, dan Legong Kupu-Kupu.

Tari Legong memiliki makna filosofis tentang keseimbangan, kesuburan, dan kehidupan. Pementasan Legong biasanya dilakukan pada upacara adat dan keagamaan. Tokoh utama Legong adalah tiga orang penari wanita yang melambangkan Dewi Supraba, Dewi Anjani, dan Dewi Sri.

Untuk melestarikan tarian ini, dilakukan pelatihan tari sejak usia dini. Di era modern, Tari Legong tetap dilestarikan dan dipentaskan untuk wisatawan. Tari Legong Bali merupakan kekayaan budaya yang harus terus dilestarikan agar tidak punah.

Post a Comment