Penjelasan 3 Rumah Adat Bangka Belitung: Filosofi, Keunikan, dan Bagian-bagian Rumah Adat

Table of Contents

 

Sumber Gambar : Berita99.co

Rumah adat di Bangka Belitung merupakan cerminan kekayaan budaya dan warisan sejarah suku-suku yang mendiami kepulauan tersebut. Bangka Belitung adalah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung, serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Setiap suku di Bangka Belitung memiliki rumah adat yang khas, mencerminkan identitas budaya mereka.

Pendahuluan mengenai rumah adat di Bangka Belitung dapat meliputi hal-hal berikut:

  1. Konteks Geografis: Bangka Belitung terletak di wilayah kepulauan dengan kekayaan alam yang meliputi laut, hutan, dan tambang. Faktor geografis ini mempengaruhi bentuk, bahan, dan desain rumah adat di daerah tersebut.

  2. Suku-Suku di Bangka Belitung: Di Bangka Belitung terdapat beberapa suku yang memiliki rumah adat khas, antara lain suku Melayu, suku Belitung, suku Hakka, dan suku Tionghoa. Setiap suku memiliki keunikan dalam arsitektur, bahan bangunan, serta ornamen dan dekorasi rumah adat mereka.

  3. Arsitektur dan Desain: Rumah adat di Bangka Belitung umumnya memiliki ciri-ciri arsitektur tradisional, seperti atap berbentuk pelana atau limas, tiang-tiang penyangga yang kokoh, serta dinding dan lantai yang terbuat dari bahan alami seperti kayu, bambu, dan daun rumbia. Desain rumah adat juga sering menggambarkan kepercayaan, kehidupan sehari-hari, serta simbol-simbol budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

  4. Fungsi dan Simbolisme: Rumah adat di Bangka Belitung memiliki fungsi yang melampaui sekadar tempat tinggal. Mereka juga menjadi tempat upacara adat, pertemuan masyarakat, dan simbol keberlanjutan budaya suku-suku tersebut. Rumah adat mencerminkan nilai-nilai sosial, kehidupan spiritual, serta hubungan manusia dengan alam dan leluhur mereka.

  5. Pelestarian dan Perkembangan: Pentingnya pelestarian rumah adat di Bangka Belitung menjadi perhatian dalam rangka menjaga kekayaan budaya dan identitas lokal. Pemerintah dan masyarakat setempat berupaya untuk melestarikan dan mempromosikan rumah adat sebagai warisan budaya yang berharga.

Dengan mempelajari rumah adat di Bangka Belitung, kita dapat lebih memahami serta menghargai keberagaman budaya dan nilai-nilai yang diwariskan oleh suku-suku yang tinggal di kepulauan ini. Rumah adat menjadi saksi bisu dari sejarah dan identitas suku-suku di Bangka Belitung, serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan budaya Indonesia.

 

Filosofi Rumah Adat Bangka Belitung

Rumah adat di Bangka Belitung memiliki filosofi yang dalam dan mencerminkan nilai-nilai budaya serta hubungan manusia dengan alam dan leluhur mereka. Berikut adalah beberapa filosofi yang sering terkait dengan rumah adat di daerah tersebut:

  1. Keharmonisan dengan Alam: Rumah adat di Bangka Belitung sering didesain dengan memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan dengan alam sekitar. Bentuk atap yang melengkung atau berbentuk limas, misalnya, melambangkan pemahaman dan penghormatan terhadap kekuatan alam dan lingkungan. Rumah adat juga sering menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan daun rumbia, menggambarkan ketergantungan manusia pada alam sebagai sumber kehidupan.

  2. Penyatuan dengan Leluhur: Rumah adat di Bangka Belitung sering kali dianggap sebagai tempat penyatuan antara dunia manusia dengan dunia leluhur. Konsep ini tercermin dalam arsitektur rumah adat yang memiliki ruang-ruang khusus untuk upacara keagamaan, peletakan sesaji, dan penghormatan terhadap leluhur. Rumah adat menjadi tempat untuk memelihara hubungan spiritual dengan leluhur dan menghormati nenek moyang.

  3. Simbolisme dan Makna Mendalam: Setiap elemen dalam rumah adat di Bangka Belitung memiliki makna dan simbolisme yang mendalam. Misalnya, penempatan tiang-tiang penyangga yang kokoh melambangkan kekuatan dan kestabilan keluarga atau masyarakat yang tinggal di dalamnya. Motif-motif yang menghiasi rumah adat juga sering memiliki arti simbolis, seperti lambang keberuntungan, kesuburan, atau perlambang kehidupan sehari-hari.

  4. Identitas Budaya dan Keberlanjutan: Rumah adat di Bangka Belitung merupakan simbol identitas budaya suku-suku yang tinggal di daerah tersebut. Mereka mencerminkan warisan budaya yang dijaga dengan baik dan diwariskan dari generasi ke generasi. Rumah adat juga menjadi pusat kegiatan budaya dan sosial masyarakat, menjaga keberlanjutan tradisi, serta memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antaranggota komunitas.

Melalui filosofi-filosofi ini, rumah adat di Bangka Belitung tidak hanya menjadi tempat tinggal fisik, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam sebagai wadah spiritual, sosial, dan budaya. Mereka menjadi perwujudan dari kebijaksanaan nenek moyang dan menjadi saksi perjalanan sejarah serta identitas suku-suku yang tinggal di kepulauan tersebut.

 

Macam-macam Rumah Adat Bangka Belitung

 Ada tiga macam rumah adat di Bangka Belitung, yaitu rumah panggung, rumah limas, dan rumah rakit. Meskipun memiliki sedikit kesamaan dengan rumah adat di Sumatera Selatan, namun tetap memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga jenis rumah adat Bangka Belitung.

 

1. Rumah Panggung

 Rumah adat panggung merupakan salah satu jenis rumah adat Bangka Belitung yang mudah ditemui di wilayah Sumatera. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari kebudayaan Melayu. Rumah adat ini masih dapat ditemukan di wilayah Bangka Belitung. Perbedaan khas dari rumah adat Bangka Belitung ini dibandingkan dengan rumah panggung lainnya adalah penggabungan gaya Melayu Awal, Melayu Bubungan, dan Melayu Bubungan Limas dalam gaya bangunannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah adat panggung ini antara lain kayu, bambu, Riyan, daun kering, akar pohon, dan alang-alang. Atapnya memiliki ukuran yang tinggi dengan sedikit kemiringan. 

 Selain itu, jumlah jendela pada rumah adat panggung ini cukup banyak dibandingkan dengan rumah panggung pada umumnya. Bagian dindingnya terbuat dari pelepah pisang atau papan kayu. Jumlah tiang pada bangunan ini secara keseluruhan adalah 9 buah, mengikuti kebiasaan nenek moyang masyarakat Bangka Belitung. Meskipun jumlah tiangnya cukup banyak, sebenarnya hanya ada satu tiang yang berfungsi sebagai tiang utama. 

Tiang utama ini diletakkan di bagian tengah rumah sebagai pondasi utama. Tiang utama juga diletakkan pertama kali saat proses pembangunan rumah, sedangkan tiang-tiang lainnya disusun mengikuti garis lintang atau bujur dari tiang utama. Keunikan lain dari rumah adat panggung ini adalah tidak menggunakan cat atau pewarna lainnya. Dinding rumah panggung dibiarkan dengan tekstur aslinya, atapnya rata tanpa gelombang, dan memiliki kemiringan yang ringan. Rumah adat Bangka Belitung ini masih dapat ditemui pada tahun 1980-an, namun saat ini jenis rumah adat ini sudah jarang ditemui.

 

Filosofi Rumah Panggung

Filosofi dari rumah panggung khas Bangka Belitung adalah untuk mempertahankan warna asli dari material yang digunakan dalam pembuatannya, tanpa dicat. Tujuannya adalah agar semua orang di Bangka Belitung merasakan kesejahteraan yang sama, tanpa dibedakan berdasarkan penampilan rumah. Rumah tanpa cat juga melambangkan kesederhanaan yang menjadi bagian penting dalam persatuan.

Bagian-Bagian Rumah Adat Panggung

Biasanya, rumah adat panggung ini terdiri dari empat bagian ruangan, antara lain:

  1. Rumah bagian depan digunakan untuk menjamu tamu/
  2. Ruang induk atau bagian ruang utama digunakan sebagai tempat untuk berkumpulnya keluarga.
  3. Los adalah penghubung antara tempat keluarga dan kamar-kamar para penghuninya.
  4. Ruangan di bagian belakang digunakan sebagai tempat memasak, makan, kamar mandi, dan sebagai tempat penyimpanan

 

2. Rumah Adat Limas

 Rumah adat Bangka Belitung berikutnya mengadopsi rumah adat dari Sumatera Selatan yang dikenal sebagai rumah limas. Nama rumah limas berasal dari bentuk atapnya yang menyerupai limas. Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah ukurannya yang luas dan memiliki beberapa tingkat, atau yang juga dikenal dengan sebutan bengkilas. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan rumah ini adalah kayu, dengan tiang yang terbuat dari kayu ulin yang kuat. 

Sementara itu, dinding, pintu, dan lantai rumah menggunakan kayu tembesu yang banyak ditemukan di wilayah Sumatera Selatan. Penggunaan kayu sebagai bahan utama rumah adat ini memiliki makna filosofis bagi masyarakat Bangka Belitung, yang melambangkan kedekatan dengan alam dan kesederhanaan. Namun, ada juga beberapa pemilik rumah adat yang menggunakan tanah liat sebagai bahan untuk bagian atap rumah. Penggunaan rumah limas ini disesuaikan dengan status sosial masyarakatnya. Hal ini dilakukan karena sebagian besar penghuni rumah adalah keturunan dari kesultanan Pelambang, pejabat pemerintah pada masa Hindia Belanda, dan para saudagar kaya.

Keunikan Rumah Adat Limas

Keistimewaan dari rumah adat Bangka Belitung ini terletak pada adanya dua tangga yang terletak di samping kanan dan kiri rumah. Fungsi dari tangga tersebut adalah sebagai akses masuk dan keluar rumah. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dijadikan sebagai ciri khas dari rumah Limas. Kebanyakan rumah hanya menggunakan satu tangga yang diletakkan di bagian depan, bukan di samping. Tidak hanya itu, rumah limas juga memiliki keunikan lain yaitu lantai rumah yang memiliki tingkat ketinggian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dikenal dengan sebutan bengkilas. Biasanya, ruangan dengan lantai paling tinggi akan digunakan untuk acara hajatan. Selain itu, lantai tertinggi juga sering digunakan untuk para tamu istimewa. Sementara itu, lantai dengan tingkatan yang tidak terlalu tinggi akan digunakan untuk para tamu dari kalangan biasa.

Bagian-Bagian Rumah Adat Limas

Rumah limas terdiri dari beberapa ruangan. Untuk ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah limas ini antara lain:

  1. Kekijing pertama atau yang biasa disebut dengan pagar tenggalung. Ruangan ini berupa ruangan tanpa pagar pembatas dan biasanya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu ketika ada acara adat.
  2. Kekijing kedua atau yang biasanya disebut dengan Jogan. Ruangan ini adalah tempat khusus yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya para laki-laki.
  3. Kekijing ketiga adalah ruangan yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk menerima handai tolan yang sudah tua.
  4. Kekijing empat adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk para undangan yang lebih dekat kekerabatannya dan lebih dihormati seperti misalnya Datuk.
  5. Kekijing kelima atau yang biasanya disebut dengan gegajah. Ruangan ini adalah ruangan terluas yang ada di rumah limas. Dimana didalamnya masih dibagi menjadi tiga ruangan, yakni pembatas antar ruangan atau pengkeng, tempat keluarga inti atau amben tetuo, dan balai musyawarah atau danamben.

Filosofi Rumah Adat Limas

 Struktur rumah limas ini terdiri dari lima tingkatan yang mewakili jenjang kehidupan masyarakat, mulai dari usia, jenis, bakat, pangkat, hingga martabat. Selain sebagai penanda garis keturunan, tingkatan tersebut juga mencerminkan hierarki sosial. Pada tingkat pertama, terdapat golongan kiagus, diikuti oleh Masagus dan kemas pada tingkat kedua, serta Raden pada tingkat ketiga. Di bagian atap rumah, terdapat ornamen handuk dengan melati yang melambangkan kerukunan dan keagungan.

 

3. Rumah Adat Rakit

 Rumah adat Bangka Belitung yang terakhir adalah rumah adat rakit. Rumah adat ini sudah ada sejak masa kerajaan Sriwijaya dan digunakan sebagai tempat singgah bagi orang-orang dari berbagai negara seperti Inggris, Belanda, Cina, Spanyol, dan lainnya. Selain sebagai tempat tinggal, rumah rakit juga pernah dijadikan sebagai gudang penyimpanan barang dagangan Belanda, sehingga menjadi tempat kegiatan ekonomi. Nama rumah adat ini diambil dari ciri-ciri rumah yang dibangun di atas rakit. Masyarakat setempat percaya bahwa sungai adalah sumber mata pencaharian dan kehidupan, sehingga tinggal di pinggir sungai di rumah rakit dianggap membawa berkah dan rezeki yang melimpah. 

Rumah rakit terbuat dari bambu manyan yang memiliki ukuran lebih besar untuk daya apung yang lebih baik, serta bisa menggunakan balok kayu yang mudah ditemukan di hutan Bangka Belitung. Atap rumah biasanya terbuat dari daun nipah kering dan rotan sebagai pengikat antara atap dan dinding. Arsitektur rumah adat ini dipengaruhi oleh budaya Melayu dan sedikit budaya Tionghoa. Meskipun berada di atas air, rumah adat ini tetap kokoh.

Filosofi Rumah Rakit

 Bangka Belitung merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari Pulau Bangka, Pulau Belitung, dan beberapa pulau kecil lainnya. Sekitar 40 persen wilayahnya terdiri dari perairan, sehingga masyarakatnya harus beradaptasi dengan membuat rumah di atas air atau rumah rakit yang terinspirasi dari rumah tradisional khas Palembang. Pada masa lampau, Kesultanan Palembang melarang warga Tionghoa untuk membangun tempat tinggal di daratan, sehingga mereka memilih mendirikan rumah di sepanjang sungai Musi. Proses mendirikan rumah rakit tidak boleh dilakukan secara sembarangan, melainkan harus melalui musyawarah dengan keluarga, termasuk suami, istri, orangtua, dan tetangga. Tujuannya adalah untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

 

Struktur Rumah Adat Bangka Belitung

Rumah adat Bangka Belitung merupakan salah satu rumah adat yang dibuat dengan mengadopsi beberapa desain yang berbeda-beda. Adapun salah satu desain yang digunakan dan diadopsi oleh rumah adat Bangka Belitung adalah Rumah Adat Melayu yang sangat khas. Untuk memahami secara menyeluruh tentang struktur rumah adat Bangka Belitung, berikut adalah penjelasan selengkapnya.

  1. Rumah adat Bangka Belitung biasanya memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari alam yang berada di sekitar wilayah rumah adat tersebut akan dibangun. Bahan alam yang digunakan ini umumnya mempunyai ketahanan yang baik dan tidak mudah rusak oleh berbagai macam perubahan cuaca.
  2. Lantai dan juga tiang rumah umumnya terbuat dari kayu. Secara struktural, rumah adat ini mempunyai sembilan buah tiang dan satu buah tiang utama yang ada di bagian tengah bangunan.
  3. Tiang utama yang ada di tengah bangunan ini harus dibuat dengan menggunakan kayu berkualitas baik untuk bisa menopang beban bangunan.
  4. Lantai yang ada di rumah adat Bangka Belitung biasanya terbuat dari kayu. Sementara atap dari rumah adat ini terbuat dari rumbia dan juga ijuk yang bisa menahan air agar tidak masuk ke dalam rumah

 

 

 

Post a Comment