Pengertian taubat : Syarat - Syarat, Syarat - Syarat, Niat Salat Taubat, Doa dan Dalil Tentang Taubat dalam Al-Quran

Table of Contents

Sumber Gambar : UMSU

 Pengertian taubat

Taubat adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk pada proses kembali kepada Allah SWT dengan penuh penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, serta tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut dan memperbaiki diri. Pengertian taubat mencakup beberapa aspek penting:

  1. Penyesalan: Taubat dilakukan dengan penuh penyesalan yang tulus atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Penyesalan ini timbul dari kesadaran bahwa dosa-dosa tersebut merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah dan merugikan diri sendiri. Penyesalan yang tulus adalah langkah awal dalam proses taubat.

  2. Berhenti dari Dosa: Taubat juga melibatkan keputusan dan tekad yang kuat untuk berhenti melakukan dosa. Seseorang yang bertaubat berkomitmen untuk meninggalkan dosa-dosa yang telah dilakukan dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut di masa mendatang.

  3. Meminta Maaf kepada Allah: Dalam taubat, seseorang mengakui dosa-dosanya kepada Allah SWT dan meminta ampunan-Nya. Seseorang mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan berharap untuk mendapatkan rahmat dan pengampunan-Nya.

  4. Mengganti Perilaku: Taubat juga melibatkan perubahan perilaku dan memperbaiki diri. Seseorang yang bertaubat berusaha menggantikan dosa-dosa dengan amal-amal yang baik dan memperbaiki hubungannya dengan Allah dan sesama manusia. Taubat membawa transformasi yang positif dalam kehidupan seseorang.

  5. Bertekad untuk Tidak Mengulangi Dosa: Bagian penting dari taubat adalah tekad yang kuat untuk tidak mengulangi dosa yang telah ditinggalkan. Seseorang yang bertaubat berusaha menjaga dirinya dari godaan dosa dan menjauhi lingkungan yang dapat mempengaruhi untuk kembali berdosa.

Taubat adalah sarana yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya sebagai jalan untuk memperoleh pengampunan dan kembali kepada-Nya. Taubat yang tulus dan ikhlas dapat menghapus dosa-dosa masa lalu dan membawa kedekatan dengan Allah serta kesucian hati.

 

Hakikat Taubat

 

Hakikat taubat dalam agama Islam melibatkan pemahaman yang mendalam tentang esensi dan prinsip dasar taubat. Berikut adalah beberapa aspek hakikat taubat:

  1. Kesadaran akan Dosa: Hakikat taubat dimulai dengan kesadaran yang jujur dan tulus akan dosa yang telah dilakukan. Seseorang harus menyadari pelanggaran terhadap perintah Allah dan merasakan penyesalan yang mendalam atas perbuatan tersebut.

  2. Penyesalan yang Tulus: Taubat yang benar harus disertai dengan penyesalan yang tulus dan ikhlas. Penyesalan ini bukan hanya karena takut akan hukuman, tetapi juga karena merasa mengecewakan Allah dan menyadari betapa dosa tersebut merugikan diri sendiri.

  3. Niat yang Ikhlas: Taubat harus didasari oleh niat yang tulus dan ikhlas untuk mengubah perilaku dan mendekatkan diri kepada Allah. Niat tersebut harus murni karena mencari keridhaan Allah semata, bukan karena faktor eksternal seperti tekanan sosial atau rasa malu.

  4. Pengakuan dan Permintaan Ampunan: Hakikat taubat melibatkan pengakuan dosa kepada Allah. Seseorang harus mengakui dosa-dosanya dengan rendah hati dan merendahkan diri di hadapan Allah. Selanjutnya, seseorang harus memohon ampunan Allah dengan sungguh-sungguh dan berharap untuk diterima taubatnya.

  5. Meninggalkan Dosa: Hakikat taubat mencakup keputusan dan tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa secara total. Seseorang harus berhenti melakukan dosa tersebut dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut di masa depan.

  6. Perbaikan dan Penggantian: Taubat juga melibatkan usaha aktif untuk memperbaiki diri dan menggantikan perilaku yang buruk dengan amal yang baik. Seseorang harus berusaha melakukan amal saleh yang bertentangan dengan dosa yang telah ditinggalkan, dan berusaha meningkatkan hubungan dengan Allah serta dengan sesama manusia.

  7. Pengampunan dan Rahmat Allah: Hakikat taubat adalah keyakinan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Seseorang yang bertaubat dengan kesungguhan hati akan merasakan pengampunan dan rahmat Allah yang melimpah.

Hakikat taubat menekankan pentingnya kejujuran, kesungguhan, dan perubahan dalam diri seseorang. Taubat yang tulus memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pengampunan dan kembali kepada Allah dengan hati yang suci.

 

Syarat - Syarat Taubat

Dalam kitab Majâlis Syahri Ramadhân, setelah membawakan banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mendorong kaum Muslimin untuk senantiasa bertaubat dan beberapa hal lain tentang taubat, Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin t mengatakan, “Taubat yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat:

Pertama : Hendaknya taubat itu dilakukan dengan ikhlas. Artinya, yang mendorong dia untuk bertaubat adalah kecintaannya kepada Allâh Azza wa Jalla , pengagungannya terhadap Allâh, harapannya untuk pahala disertai rasa takut akan tertimpa adzab-Nya. Ia tidak menghendaki dunia sedikitpun dan juga bukan karena ingin dekat dengan orang-orang tertentu. Jika ini yang dia inginkan maka taubatnya tidak akan diterima. Karena ia belum bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla namun ia bertaubat demi mencapai tujuan-tujuan dunia yang dia inginkan.

Kedua : Menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh dihadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan. Taubat seperti ini adalah taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.

Ketiga : Segera berhenti dari perbuatan maksiat yang dia lakukan. Jika maksiat atau dosa itu disebabkan karena ia melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia langsung meninggalkan perbuatan haram tersebut seketika itu juga. Jika dosa atau maksiat akibat meninggalkan sesuatu yang diwajibkan, maka dia bergegas untuk melakukan yang diwajibkan itu seketika itu juga. Ini apabila hal-hal wajib yang ditinggalkan itu bisa diqadha’, misalnya zakat atau haji.

 

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bertaubat

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bertaubat adalah sebagai berikut:

  1. Meninggalkan Perbuatan Dosa: Salah satu aspek penting dalam taubat adalah meninggalkan perbuatan dosa secara total. Seseorang harus berhenti melakukan dosa dan berkomitmen untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut di masa mendatang.

  2. Menyesali Apa yang Pernah Dilakukan: Taubat harus disertai dengan rasa penyesalan yang tulus atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Seseorang harus merasakan penyesalan yang mendalam karena menyadari pelanggaran terhadap perintah Allah dan merugikan diri sendiri.

  3. Mengetahui Kehinaan Perbuatan Dosa: Seseorang harus menyadari kehinaan dan keburukan perbuatan dosa yang telah dilakukan. Kesadaran ini membantu seseorang untuk memahami betapa pentingnya menjauhkan diri dari dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.

  4. Keinginan Keras dalam Hati untuk Tidak Mengulangi Perbuatan Maksiat: Taubat harus disertai dengan tekad yang kuat dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat tersebut. Seseorang harus memiliki keinginan yang sungguh-sungguh untuk menjauhi dosa dan berusaha keras untuk tidak jatuh kembali ke dalamnya.

  5. Memperbaiki Apa yang Mungkin Dikerjakan: Dalam taubat, seseorang harus berusaha memperbaiki apa yang mungkin telah dikerjakan sebagai konsekuensi dari dosa yang dilakukan. Misalnya, mengembalikan barang yang diambil atau meminta maaf serta mengganti kerugian kepada orang yang telah dirugikan.

  6. Ikhlas Karena Allah Semata: Taubat harus dilakukan dengan ikhlas semata karena mencari keridhaan Allah. Niat taubat harus murni dan tidak bercampur dengan motif-motif dunia atau faktor eksternal lainnya.

  7. Secepatnya Melakukan Taubat: Disunnahkan untuk segera melakukan taubat setelah menyadari dosa yang telah dilakukan. Tidak ada jaminan akan kesempatan dan waktu yang akan datang, maka segera bertaubatlah sebelum ajal menjemput.

  8. Mengupayakan Taubat Sebelum Matahari Terbit dari Barat: Dalam ajaran Islam, dikatakan bahwa taubat tidak akan diterima setelah matahari terbit dari arah barat. Meskipun ini adalah perumpamaan untuk menyampaikan pentingnya bertaubat sebelum ajal menjelang, namun tetap diingatkan untuk tidak menunda-nunda taubat dan melakukannya segera.

Dengan memperhatikan hal-hal ini dalam bertaubat, seseorang dapat melakukan taubat yang tulus dan mendapatkan pengampunan serta rahmat Allah SWT.

 

Tata Cara dan Niat Salat Taubat Nasuha

Berikut ini adalah tata cara dan niat Salat Taubat Nasuha:

Tata Cara Salat Taubat Nasuha:

  1. Salat Taubat Nasuha terdiri dari dua rakaat.
  2. Salat ini dapat dilakukan kapan saja, baik pada waktu-waktu sunnah maupun waktu-waktu lainnya, kecuali pada waktu-waktu yang diharamkan untuk melakukan salat.
  3. Niatkan Salat Taubat Nasuha di dalam hati sebelum memulai salat.
  4. Lakukan wudhu secara sempurna seperti biasa sebelum salat.
  5. Pada rakaat pertama, setelah takbiratul ihram, membaca Surah Al-Fatihah dan diikuti dengan bacaan Surah pendek atau beberapa ayat dari Al-Quran.
  6. Setelah selesai membaca Surah, rukuk seperti dalam salat biasa, lalu sujud seperti biasa.
  7. Setelah sujud pertama, duduk di antara dua sujud dan membaca tahiyat akhir (tasyahud akhir).
  8. Kemudian bangkit dari duduk dan berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua.
  9. Pada rakaat kedua, melakukan seperti pada rakaat pertama, yaitu membaca Surah Al-Fatihah dan Surah pendek atau beberapa ayat dari Al-Quran.
  10. Setelah selesai membaca Surah, melakukan rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan membaca tahiyat akhir seperti pada rakaat pertama.
  11. Setelah membaca tahiyat akhir di rakaat kedua, membaca salam untuk menandai akhir salat.

Niat Salat Taubat Nasuha:
Niat Salat Taubat Nasuha dilakukan dalam hati sebelum memulai salat. Niat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
"أُصَلِّي سُنَّةَ التَّوْبَةِ النَّصُوحَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى"

Artinya:
"Aku niat salat sunah taubat nasuha dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Dengan mengikuti tata cara dan berniat dengan niat yang ikhlas, seseorang dapat melaksanakan Salat Taubat Nasuha dengan benar. Salat ini merupakan salat sunnah yang dianjurkan bagi mereka yang ingin bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hati.

 

 Doa Salat Taubat Nasuha

Berikut ini adalah doa Salat Taubat Nasuha dalam tulisan Arab beserta artinya:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya:
"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perjanjian dan janji-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui semua nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui dosaku. Maka ampunilah aku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau."

Doa ini merupakan doa taubat yang kuat dan sangat dianjurkan bagi seseorang yang ingin bertaubat dengan segenap hati kepada Allah SWT.

 

Dalil Tentang Taubat dalam Al-Quran

Q.S At-Tahrim ayat 8

Taubat yang sebenarnya taubat ini tertuang dalam QS. At-Tahrim ayat 8 sebagai berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ yā

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim: 8)

Perintah untuk bertaubat termaktub dalam beberapa ayat di Al Quran. Berikut ayat tentang taubat dalam Al Quran:

QS. An Nisa ayat 17

إِنَّمَا ٱلتَّوْبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Innamat-taubatu ‘alallāhi lillażīna ya’malụnas-sū`a bijahālatin ṡumma yatụbụna ming qarībin fa ulā`ika yatụbullāhu ‘alaihim, wa kānallāhu ‘alīman ḥakīmā

Artinya: “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 17)

QS. An Nisa ayat 18

وَلَيْسَتِ ٱلتَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ إِنِّى تُبْتُ ٱلْـَٰٔنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Wa laisatit-taubatu lillażīna ya’malụnas-sayyi`āt, ḥattā iżā ḥaḍara aḥadahumul-mautu qāla innī tubtul-āna wa lallażīna yamụtụna wa hum kuffār, ulā`ika a’tadnā lahum ‘ażāban alīmā

Artinya: “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An-Nisa: 18)

QS. Al Baqarah ayat 54

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ يَٰقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُم بِٱتِّخَاذِكُمُ ٱلْعِجْلَ فَتُوبُوٓا۟ إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَٱقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

wa iż qāla mụsā liqaumihī yā qaumi innakum ẓalamtum anfusakum bittikhāżikumul-‘ijla fa tụbū ilā bāri`ikum faqtulū anfusakum, żālikum khairul lakum ‘inda bāri`ikum, fa tāba ‘alaikum, innahụ huwat-tawwābur-raḥīm

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang“. (QS. Al-Baqarah: 54)

QS. Al Maidah ayat 39

فَمَن تَابَ مِنۢ بَعْدِ ظُلْمِهِۦ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

fa man tāba mim ba’di ẓulmihī wa aṣlaḥa fa innallāha yatụbu ‘alaīh, innallāha gafụrur raḥīm

Artinya: “Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah: 39)

QS. Al-An’am ayat 54

وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِنَا فَقُلْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُۥ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوٓءًۢا بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

wa iżā jā`akallażīna yu`minụna bi`āyātinā fa qul salāmun ‘alaikum kataba rabbukum ‘alā nafsihir-raḥmata annahụ man ‘amila mingkum sū`am bijahālatin ṡumma tāba mim ba’dihī wa aṣlaḥa fa annahụ gafụrur raḥīm

Artinya: “Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am: 54)

QS. Al-A’raf ayat 153

وَٱلَّذِينَ عَمِلُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ثُمَّ تَابُوا۟ مِنۢ بَعْدِهَا وَءَامَنُوٓا۟ إِنَّ رَبَّكَ مِنۢ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

wallażīna ‘amilus-sayyi`āti ṡumma tābụ mim ba’dihā wa āmanū inna rabbaka mim ba’dihā lagafụrur raḥīm

Artinya: “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-A’raf: 153)

QS. At-Taubah ayat 27

ثُمَّ يَتُوبُ ٱللَّهُ مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

ṡumma yatụbullāhu mim ba’di żālika ‘alā may yasyā`, wallāhu gafụrur raḥīm

Artinya: “Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 27)

QS. At-Taubah ayat 112

ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلْعَٰبِدُونَ ٱلْحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلْءَامِرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱلْحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُؤْمِنِينَ

attā`ibụnal-‘ābidụnal-ḥāmidụnas-sā`iḥụnar-rāki’ụnas-sājidụnal-āmirụna bil-ma’rụfi wan-nāhụna ‘anil-mungkari wal-ḥāfiẓụna liḥudụdillāh, wa basysyiril-mu`minīn

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At-Taubah: 112)

QS. Hud ayat 3

وَأَنِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِى فَضْلٍ فَضْلَهُۥ ۖ وَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

wa anistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yumatti’kum matā’an ḥasanan ilā ajalim musamman wa yu`ti kulla żī faḍlin faḍlah, wa in tawallau fa innī akhāfu ‘alaikum ‘ażāba yauming kabīr

Artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud: 3)

QS. An-Nahl ayat 119

ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا۟ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابُوا۟ مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ وَأَصْلَحُوٓا۟ إِنَّ رَبَّكَ مِنۢ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

ṡumma inna rabbaka lillażīna ‘amilus-sū`a bijahālatin ṡumma tābụ mim ba’di żālika wa aṣlaḥū inna rabbaka mim ba’dihā lagafụrur raḥīm

Artinya: “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 119).

 

Post a Comment