Mengapa Ikhlas Sangat Penting dalam Beribadah? Telaah dari Al-Qur'an

Table of Contents
Sumber Gambar : mandiriamalinsani.or.id

Ikhlas berasal dari bahasa Arab yang berarti "murni" atau "bersih". Dalam konteks agama Islam, ikhlas mengacu pada keadaan di mana seseorang melakukan amal perbuatan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, tanpa motif yang terkait dengan dunia atau kepentingan pribadi.

Ikhlas merupakan aspek sentral dalam ibadah Muslim karena ia mempengaruhi kualitas dan penerimaan amal perbuatan seseorang di hadapan Allah. Niat yang tulus dan ikhlas adalah faktor penting yang membedakan antara amal yang diterima dan amal yang ditolak oleh Allah.

Konsep ikhlas ditegaskan dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar (39:11-14): "Katakanlah: 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang muslim, dan janganlah kamu sekalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. Aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah).' Katakanlah: 'Sesungguhnya jika aku mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim'. Dan katakanlah: 'Sesungguhnya aku adalah orang yang memperoleh petunjuk dari Tuhanku kepada jalan yang lurus, agama yang lurus, yaitu agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.'"

Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya ikhlas. Beliau bersabda: "Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan."

Dengan demikian, ikhlas dalam Islam bukan hanya tentang melakukan amal perbuatan yang nampak di hadapan orang lain, tetapi juga tentang membersihkan hati dan niat dari segala bentuk riya' (pamer) atau motif-motif yang bukan karena Allah. Ikhlas melibatkan kesadaran yang dalam bahwa segala tindakan dan ibadah harus dilakukan semata-mata karena Allah, dengan tujuan mencari keridhaan-Nya dan mendapatkan pahala-Nya.

Ikhlas juga memengaruhi sifat dan perilaku sehari-hari, termasuk dalam hubungan sosial, pekerjaan, dan tanggung jawab lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim dianjurkan untuk menjaga kesucian niat dan mengingat Allah dalam segala hal yang dilakukan. Dengan demikian, ikhlas menjadi landasan spiritual yang kuat dalam menghidupi ajaran agama Islam secara menyeluruh.

Penting untuk dicatat bahwa mencapai ikhlas adalah perjalanan spiritual yang terus menerus dan memerlukan upaya dan refleksi pribadi. Mengembangkan ikhlas membutuhkan kesadaran diri, introspeksi, dan upaya untuk menghapuskan motif-motif yang tidak ikhlas dalam tindakan dan ibadah kita. Dengan ikhlas, setiap amal perbuatan kita menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keberkahan-Nya.

 

Pengertian Ikhlas Menurut Para Ahli

Berikut adalah pengertian ikhlas menurut beberapa ahli:

  1. Al-Kafawi: Al-Kafawi, seorang ahli tafsir dan bahasa Arab, menyatakan bahwa ikhlas adalah mengosongkan hati dari riya' (pamer) dan menghindari mencari pujian dari orang lain dalam amal perbuatan. Ikhlas juga mencakup menjalankan perbuatan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata.

  2. Ibrahim bin Adham: Ibrahim bin Adham, seorang ulama sufi terkenal, mengungkapkan bahwa ikhlas adalah mengarahkan segala perbuatan dan ibadah kepada Allah semata, tanpa mempedulikan pujian atau pengakuan dari manusia.

  3. Abu Utsman Al-Maghribi: Abu Utsman Al-Maghribi, seorang ulama sufi, mendefinisikan ikhlas sebagai membersihkan hati dari hubungan dengan selain Allah dan menanamkan kecintaan yang tulus hanya kepada-Nya.

  4. Abu Thalib: Pendapat Abu Thalib menyatakan bahwa ikhlas adalah menjalankan segala perbuatan ibadah semata-mata karena Allah, dengan mengikuti tuntunan-Nya dan mencari keridhaan-Nya.

  5. Al-Qusyairi: Al-Qusyairi, seorang ahli tasawuf, menggambarkan ikhlas sebagai menghapuskan keinginan dan niat yang terkait dengan selain Allah, sehingga hati terfokus sepenuhnya pada-Nya.

  6. Al-Ghazali: Al-Ghazali, seorang cendekiawan Islam terkenal, menjelaskan bahwa ikhlas adalah membersihkan niat dari segala bentuk pencarian kedudukan, popularitas, atau keuntungan dunia, dan mengarahkannya hanya kepada Allah semata.

  7. Muhammad Abduh: Muhammad Abduh, seorang pemikir Islam modern, mengartikan ikhlas sebagai mengesampingkan motif-motif yang bukan karena Allah dalam melaksanakan amal perbuatan, serta menjaga agar niat selalu ikhlas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Pengertian ikhlas yang diungkapkan oleh para ahli tersebut memiliki inti yang sama, yaitu menjalankan amal perbuatan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah, tanpa memperhatikan pujian atau pengakuan dari manusia. Ikhlas melibatkan membersihkan hati, mengarahkan niat, dan menjaga fokus hanya pada Allah dalam setiap perbuatan yang dilakukan.

 

Dalil Tentang Ikhlas Dalam Al-Qur’an

QS Az-Zumar: 2

Allah dalam Surah Az-Zumar ayat 2 berfirman kepada hamba-Nya untuk senantiasa beribadah dengan keikhlasan dan ketaatan.

اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ

Innā anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi fa’budillāha mukhliṣal lahud-dīn

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.”

QS Az-Zumar ayat 11-14

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ * وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ * قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ * قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي

Artinya: “Katakanlah “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. (11) Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.” (12) Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” (13) Katakanlah, “Hanya kepada Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.”.

QS Al-A’raf ayat 29

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Artinya: Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.”

QS Al-Insan ayat 8-12

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا * إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا *فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا * وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (8) (seraya berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan ridha Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu. (9) Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari ketika orang-orang berwajah masam lagi penuh kesulitan.” (10) Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan pada hari itu dan memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada mereka. (11) Dan Dia memberi balasan berupa surga dan pakaian sutera kepada mereka karena kesabarannya.”

QS. Ghafir ayat 14

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya: “Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”

QS Ghafir 65

هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Dialah yang Maha Hidup, tidak ada tuhan selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

QS Al-Lail ayat 14-21

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى * لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى * الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى * وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى * إِلَّابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى

Artinya: “Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala, (14) yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka, (15) yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari keimanan). (16) Dan orang yang paling bertakwa akan dijauhkan darinya (neraka), (17) yaitu orang yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), (18) dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, (19) melainkan (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. (20) Dan sungguh kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).”

QS. Al-A’raf ayat 29

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Artinya: “Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.”

QS. Al-Insan ayat  8-12

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا * إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا * فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا * وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (8) (seraya berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan ridha Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu. (9) Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari ketika orang-orang berwajah masam lagi penuh kesulitan.” (10) Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan pada hari itu dan memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada mereka. (11) Dan Dia memberi balasan berupa surga dan pakaian sutera kepada mereka karena kesabarannya.”

 

Hadits Tentang Ikhlas

 

Berikut beberapa hadis tentang ikhlas beserta bahasa Arabnya:

  1. Hadis tentang ikhlas dalam hati:
    Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
    "Innal A'maala bi niyyat, wa innama likulli mri'imaa nawa. Faman kaanaat hijratuhu ilallahi wa rasulihii, fahijratuhu ilallahi wa rasulihi, wa man kaanaat hijratuhu li dunya yusibuhaa aw imra'atin yankihuhaa, fahijratuhu ilaa maa hajra ilayhi."
    (Muttafaqun 'alaih)

Artinya:
"Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehinya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dia tuju."

  1. Hadis tentang Ikhlas dan Niat:
    Dari Umar bin Khattab ra., Rasulullah SAW bersabda:
    "Innamal A'maalu binniyat, wa innamaa li kulli mri'imaa nawa. Faman kaanaat hijratuhuu ilallahi wa rasulihii, fahijratuhu ilallahi wa rasulihi. Wa man kaanaat hijratuhu li dunya yusibuhaa aw imra'atin yankihuhaa, fahijratuhuu ilaa maa hajra ilayhi."
    (Muttafaqun 'alaih)

Artinya:
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dia tuju."

  1. Hadis tentang Ikhlas dari Hati:
    Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
    "Innal Laha lisaamawaati wal ardhi wa ma fiinna. Yastahyee an yu'tiya ahadun shay'an min khalaqiihi shayan."
    (Mutafaqun 'alaih)

Artinya:
"Sesungguhnya Allah memiliki langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya. Dia malu untuk memberikan sesuatu kepada makhluk-Nya sebagai hadiah."

  1. Hadis tentang Ikhlas dan Amal:
    Dari Abdullah bin Mas'ud ra., Rasulullah SAW bersabda:
    "Innal Laha laa yanthuru ilaa ajsaamikum wa laa ilaa shuwarikum, wa laakin yanthuru ilaa qulubikum wa a'maalinikum."
    (Muslim)

Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk tubuhmu dan rupa-rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati-hati dan amal-amalmu."

Semoga hadis-hadis tersebut memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya ikhlas dalam hati, niat, dan amal dalam agama Islam.

 

Mengapa Ikhlas Sangat Penting dalam Beribadah

Ikhlas sangat penting dalam beribadah karena memiliki beberapa alasan yang mendasar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ikhlas sangat penting dalam beribadah:

  1. Ketaatan yang Benar kepada Allah: Ikhlas adalah tanda ketaatan yang benar kepada Allah. Dengan ikhlas, seseorang mengakui bahwa Allah adalah Rabb yang layak diibadahi, dan ibadah yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Ikhlas menghilangkan kemungkinan adanya kesyirikan atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau siapapun.

  2. Menghormati Hak Allah: Ikhlas adalah cara untuk menghormati hak Allah sebagai satu-satunya yang berhak menerima ibadah. Dalam Islam, ibadah adalah hak Allah yang tidak dapat diberikan kepada selain-Nya. Dengan beribadah dengan ikhlas, kita mengakui dan menghormati keagungan Allah serta menjaga eksklusivitas ibadah hanya untuk-Nya.

  3. Mendapatkan Keredhaan Allah: Ikhlas adalah kunci untuk mendapatkan keredhaan Allah. Allah SWT hanya menerima ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan tulus. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surat Az-Zumar (39:33):
    "Wa man as-saddaqa min ba'di ma ja'ahu fa-inna Allaha ghafoorun rahimun" (Dan barangsiapa yang memberi sedekah sesudah datang petunjuk kepadanya, maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

  4. Mencegah Riya' (Pamer) dan Sum'ah (Mencari Pujian): Ikhlas mencegah terjangan sifat riya' dan sum'ah, yaitu beribadah atau beramal dengan tujuan memperoleh pujian atau pengakuan dari orang lain. Dengan ikhlas, seseorang beribadah semata-mata karena Allah, tidak peduli apakah orang lain mengetahui atau mengakui amal perbuatannya.

  5. Menjaga Keutuhan dan Kualitas Ibadah: Ikhlas membantu menjaga keutuhan dan kualitas ibadah. Ketika seseorang beribadah dengan ikhlas, ia fokus pada hubungannya dengan Allah dan kualitas ibadah yang dilakukan. Ikhlas menghindarkan kita dari mengabaikan kualitas ibadah atau melakukan ibadah dengan semangat yang rendah.

Ikhlas merupakan landasan spiritual yang penting dalam beribadah. Dengan ikhlas, ibadah kita menjadi lebih bermakna, mendalam, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ikhlas juga memperkuat hubungan kita dengan Allah, meningkatkan keimanan, dan membawa kebahagiaan serta keberkahan dalam kehidupan kita.

 

Keutamaan Ikhlas

Keutamaan ikhlas memiliki beberapa aspek yang penting dalam agama Islam. Berikut adalah beberapa aspek penting keutamaan ikhlas:

  1. Perintah Langsung Dari Allah: Allah SWT secara tegas memerintahkan umat manusia untuk beribadah dengan ikhlas. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surat Az-Zumar (39:11-14):
    "Katakanlah: 'Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang muslim, dan janganlah kamu sekalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.'"

  2. Syarat Utama Diterimanya Ibadah: Ikhlas adalah syarat utama agar ibadah seseorang diterima oleh Allah. Tanpa ikhlas, ibadah hanya menjadi formalitas belaka. Rasulullah SAW bersabda:
    "Innama al-A'maal bin-Niyyat" (Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya). (Bukhari dan Muslim)

  3. Cermin Hati Manusia: Ikhlas merupakan cermin dari keadaan hati seseorang. Ia mencerminkan ketulusan, keikhlasan, dan kesucian hati dalam beribadah kepada Allah. Ikhlas menggambarkan hubungan yang tulus antara hamba dengan Tuhannya.

  4. Sifat Dasar Nabi dan Rasul: Ikhlas merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Mereka beribadah dan berdakwah semata-mata karena Allah SWT, tanpa mencari pujian atau imbalan dari manusia. Rasulullah SAW adalah contoh utama keikhlasan dalam beribadah dan berdakwah.

  5. Pokok (Dasar) Dari Amal Perbuatan: Ikhlas adalah dasar dari setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh seorang Muslim. Setiap amal yang dilakukan dengan ikhlas akan mendapatkan pahala dan berpotensi menjadi amal yang diterima oleh Allah SWT.

Dengan memiliki keikhlasan dalam beribadah dan beramal, seorang Muslim dapat meningkatkan hubungannya dengan Allah dan mendapatkan keutamaan serta pahala yang lebih besar. Ikhlas juga membantu seseorang untuk menjaga niat yang murni dan tulus dalam segala aspek kehidupannya.

Post a Comment