Kaidah Oktet: Memahami Pengertian, Ciri-ciri, dan Pengecualiannya
Sumber Gambar :Tetrahedron |
Pengertian Kaidah Oktet
Kaidah oktet adalah aturan umum dalam kimia
yang menjelaskan kecenderungan atom untuk mencapai konfigurasi elektron
yang stabil dengan memiliki 8 elektron di kulit valensi terluarnya.
Kaidah ini dikenal juga dengan nama 'aturan oktet' atau 'aturan
delapan'.
Istilah 'oktet' berasal dari bahasa Latin octo yang
berarti delapan, karena kaidah ini berkaitan dengan jumlah 8 elektron.
Kaidah oktet pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Inggris Sir Nevill
Mott pada tahun 1915. Tujuan dari kaidah oktet adalah untuk memprediksi
bentuk dan sifat senyawa kimia berdasarkan konfigurasi elektron
atom-atom penyusunnya.
Dengan memahami kaidah oktet, kita dapat
memperkirakan apakah suatu atom cenderung untuk melepaskan, menerima,
atau berbagi elektron dalam membentuk ikatan kimia. Kaidah ini sangat
penting dalam mempelajari reaksi kimia dan struktur molekul. Walaupun
memiliki beberapa pengecualian, secara umum kaidah oktet telah terbukti
sangat berguna dalam kimia.
Struktur Atom
Atom terdiri dari 3 komponen utama yaitu proton, neutron, dan elektron.
- Proton bermuatan positif dan terletak di inti atom. Neutron tidak bermuatan dan juga terletak di inti atom. Sedangkan elektron bermuatan negatif dan mengelilingi inti atom pada kulit atom.
- Atom dibedakan berdasarkan nomor atom, yaitu jumlah proton di dalam inti atom. Semakin banyak jumlah proton, maka nomor atom semakin besar.
- Massa atom ditentukan oleh jumlah proton dan neutron. Jumlah proton dan neutron disebut nomor massa. Atom yang memiliki nomor atom sama tetapi nomor massa berbeda disebut isotop.
- Elektron menentukan konfigurasi elektron atau susunan elektron pada kulit atom. Jumlah elektron pada atom netral sama dengan jumlah proton. Elektron bergerak mengelilingi inti atom pada tingkat energi tertentu yang disebut orbital.
Cara Kerja Kaidah Oktet
Kaidah
oktet menjelaskan bagaimana atom mencapai kestabilan dengan berikatan.
Kuncinya adalah elektron valensi, yaitu elektron pada kulit terluar
suatu atom.
Atom ingin mencapai konfigurasi elektron seperti gas
mulia, yang memiliki 8 elektron di kulit terluarnya (kecuali helium yang
hanya memiliki 2 elektron di kulit terluarnya). Dengan demikian, atom
akan berusaha memperoleh, kehilangan, atau berbagi elektron valensi
untuk mencapai konfigurasi oktet ini.
Misalnya, atom natrium (Na)
memiliki 1 elektron valensi. Untuk mencapai konfigurasi oktet, Na dapat
kehilangan 1 elektron valensi untuk mencapai konfigurasi elektron
seperti gas mulia neon (Ne) yang memiliki 8 elektron (oktet).
Sebaliknya,
atom klor (Cl) memiliki 7 elektron valensi. Untuk mencapai oktet, Cl
dapat menerima 1 elektron tambahan untuk mencapai konfigurasi elektron
seperti argon (Ar) yang memiliki 8 elektron valensi.
Dengan cara
ini, atom dapat mencapai kestabilan dengan memperoleh, kehilangan, atau
berbagi elektron valensi untuk memenuhi aturan oktet. Inilah cara kerja
kaidah oktet dalam memprediksi cara atom mencapai kestabilan.
Ciri-ciri Atom yang Stabil
Menurut kaidah oktet, suatu atom dikatakan stabil jika memenuhi dua syarat berikut:
Jumlah elektron valensi 8
Elektron
valensi adalah elektron yang berada pada kulit terluar suatu atom. Atom
dikatakan stabil jika jumlah elektron valensi-nya adalah 8. Hal ini
karena dengan 8 elektron valensi, kulit terluar atom terisi penuh dan
mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia.
Contohnya, atom
Natrium (Na) memiliki 11 elektron dengan konfigurasi 2,8,1. Natrium
kekurangan 1 elektron valensi untuk mencapai 8, sehingga atom Natrium
tidak stabil. Agar menjadi stabil, Natrium cenderung melepas 1 elektron
valensinya untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia (Neon).
Susunan elektron terluar berbentuk gas mulia
Syarat
kedua atom stabil menurut kaidah oktet adalah susunan elektron pada
kulit terluar atom berbentuk seperti gas mulia. Gas mulia yang dimaksud
adalah Helium, Neon, Argon, Krypton, Xenon, dan Radon.
Gas mulia
memiliki kestabilan elektron yang tinggi karena kulit elektron
terluarnya terisi penuh. Oleh karena itu, atom lain cenderung berusaha
mencapai susunan elektron terluar yang sama dengan gas mulia agar
menjadi stabil.
Dengan memenuhi kedua syarat di atas, maka sebuah
atom dikatakan telah mencapai kestabilan elektronnya menurut kaidah
oktet. Atom tersebut tidak lagi bersifat reaktif karena elektron
valensinya telah berikatan kuat.
Contoh Penerapan Kaidah Oktet
Contoh senyawa dan ikatan kimia yang mengikuti kaidah oktet antara lain:
Senyawa hidrogen klorida (HCl)
Atom
hidrogen (H) memiliki 1 elektron valensi dan atom klorida (Cl) memiliki
7 elektron valensi. Untuk mencapai konfigurasi elektron stabil dengan 8
elektron valensi, atom H akan berikatan dengan atom Cl dengan berbagi
elektron. Atom H memberikan elektronnya kepada atom Cl sehingga keduanya
mencapai konfigurasi oktet.
Senyawa air (H2O)
Atom oksigen
(O) memiliki 6 elektron valensi dan setiap atom hidrogen (H) memiliki 1
elektron valensi. Atom O akan berbagi pasangan elektronnya dengan 2 atom
H sehingga masing-masing atom mencapai konfigurasi oktet dengan 8
elektron valensi.
Ikatan kovalen pada metana (CH4)
Atom karbon
(C) memiliki 4 elektron valensi dan setiap atom hidrogen (H) memiliki 1
elektron valensi. Atom C akan berbagi pasangan elektronnya dengan 4
atom H sehingga semua atom mencapai konfigurasi oktet.
Contoh-contoh
di atas menunjukkan bahwa senyawa dan ikatan kimia cenderung terbentuk
agar setiap atom mencapai konfigurasi elektron stabil dengan 8 elektron
valensi (kaidah oktet). Ini membuktikan bahwa kaidah oktet berlaku pada
kebanyakan senyawa dan ikatan kimia.
Manfaat Kaidah Oktet
Kaidah oktet memiliki beberapa manfaat penting dalam mempelajari sifat unsur dan senyawa kimia. Beberapa di antaranya adalah:
- Memahami Sifat Unsur
Kaidah
oktet membantu memahami sifat keelektronegatifan suatu unsur. Unsur
yang kekurangan elektron cenderung bersifat elektropositif dan mudah
melepas elektronnya untuk mencapai konfigurasi oktet. Sebaliknya, unsur
yang kelebihan elektron cenderung bersifat elektronegatif dan mudah
menerima elektron untuk mencapai konfigurasi oktet. Dengan demikian,
kita dapat memperkirakan sifat unsur berdasarkan jumlah elektron
valensinya.
- Meramalkan Bentuk Molekul
Kaidah oktet juga
membantu meramalkan bentuk molekul suatu senyawa. Dengan mengetahui
kecenderungan setiap atom untuk mencapai konfigurasi oktet, kita dapat
memperkirakan ikatan apa yang mungkin terbentuk antar atom. Sebagai
contoh, atom H cenderung melepas 1 elektron dan atom O cenderung
menerima 2 elektron, sehingga diperkirakan akan membentuk molekul H2O.
- Memperkirakan Stabilitas Senyawa
Selain
itu, kaidah oktet juga berguna untuk memperkirakan stabilitas suatu
senyawa. Semakin banyak atom dalam suatu senyawa yang telah mencapai
konfigurasi oktet, maka senyawa tersebut akan semakin stabil.
Sebaliknya, jika banyak atom yang belum mencapai oktet, senyawa tersebut
cenderung tidak stabil. Dengan demikian kita dapat memperkirakan
reaktivitas suatu senyawa berdasarkan kaidah oktet.
Keterbatasan Kaidah Oktet
Kaidah
oktet memiliki beberapa keterbatasan, tidak berlaku untuk semua atom.
Ada beberapa pengecualian di mana kaidah oktet ini tidak berlaku:
- Tidak berlaku untuk atom-atom transisi. Contohnya seperti tembaga, seng, dan kromium yang memiliki elektron valensi tidak penuh.
- Tidak berlaku untuk atom-atom golongan 2 dan 13-18. Contohnya magnesium hanya memiliki 2 elektron valensi, sedangkan neon memiliki 8 elektron valensi.
- Tidak dapat menjelaskan ikatan kovalen koordinasi. Contohnya seperti amonia (NH3) di mana nitrogen berikatan dengan 3 atom hidrogen, padahal nitrogen hanya memiliki 5 elektron valensi.
- Tidak dapat menjelaskan senyawa kompleks. Contohnya seperti ion heksaakuairon(III) ([Fe(H2O)6]3+) di mana besi berikatan dengan 6 molekul air, melebihi kapasitas oktetnya.
Jadi meskipun berguna, kaidah oktet memiliki
keterbatasan dan pengecualian tertentu. Ilmu kimia terus berkembang
sehingga teori-teori baru diperlukan untuk menjelaskan sifat dan
perilaku atom serta molekul yang lebih kompleks.
Pengecualian Kaidah Oktet
Meskipun
kaidah oktet berlaku untuk kebanyakan atom, ada beberapa pengecualian
di mana atom-atom tertentu tidak mengikuti aturan ini.
Salah satu
pengecualian yang paling umum adalah atom hidrogen. Atom hidrogen hanya
memiliki 1 elektron di kulit valensinya. Agar mencapai konfigurasi gas
mulia, atom hidrogen seharusnya kehilangan satu elektron. Namun, hal ini
tidak terjadi karena akan membutuhkan energi yang sangat besar. Oleh
karena itu, atom hidrogen tetap memiliki satu elektron dan tidak
berikatan dengan atom lain untuk mencapai konfigurasi oktet.
Selain
itu, beberapa unsur golongan transisi seperti tembaga, seng, dan
kromium juga dapat memiliki konfigurasi elektron yang berbeda dari
aturan oktet. Hal ini disebabkan karena elektron-elektron pada subkulit d
bisa berpartisipasi dalam ikatan kimia. Sehingga jumlah elektron
valensi efektifnya bisa lebih dari delapan.
Beberapa molekul
seperti BF3 dan NH3 juga tidak mengikuti kaidah oktet meskipun semua
atomnya sudah berikatan. Hal ini disebabkan karena jumlah elektron
valensi pada atom-atom penyusunnya tidak cukup untuk membentuk delapan
elektron di sekitar setiap atom.
Meski demikian, kaidah oktet
secara umum sangat berguna untuk memperkirakan struktur dan sifat
senyawa kimia. Pengecualian kaidah oktet biasanya hanya berlaku pada
kasus-kasus tertentu dengan penjelasan ilmiah yang rasional.
Perkembangan Kaidah Oktet
Kaidah
oktet telah digunakan selama bertahun-tahun untuk memprediksi struktur
molekul dan kestabilan senyawa. Namun, kaidah ini memiliki keterbatasan
karena hanya berlaku untuk senyawa nonlogam.
Beberapa teori baru dalam kimia telah dikembangkan untuk melengkapi kaidah oktet, terutama untuk menjelaskan ikatan logam.
- Teori Medan Kristal
Teori
medan kristal dikembangkan oleh Hans Bethe dan Felix Bloch pada tahun
1928. Teori ini menjelaskan ikatan logam berdasarkan gerakan elektron
bebas yang menghasilkan medan listrik positif yang mengikat inti logam
bersama-sama.
Elektron bebas ini dapat bergerak di seluruh
kristal logam sehingga semua logam terikat bersama oleh medan listrik
ini. Teori medan kristal ini telah sukses menjelaskan sifat listrik dan
termal logam.
- Teori Ikatan Valensi
Teori ikatan valensi
dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1928. Teori ini menggabungkan
mekanika kuantum ke dalam model ikatan kimia.
Teori ikatan
valensi menjelaskan ikatan logam berdasarkan overlap orbital valensi
logam yang berdekatan untuk membentuk ikatan logam. Overlap ini
memungkinkan elektron berpindah dari satu atom ke atom lainnya.
Kedua
teori di atas telah melengkapi kaidah oktet dalam menjelaskan perilaku
atom dalam molekul dan ikatan logam. Perkembangan ilmu kimia terus
berlanjut hingga saat ini untuk memahami perilaku atom dan molekul
secara lebih detail.
Kesimpulan
Kaidah oktet adalah konsep
penting dalam kimia yang menjelaskan kecenderungan atom untuk mencapai
kestabilan dengan memperoleh konfigurasi elektron terluar berjumlah 8
elektron. Konsep ini sangat berguna untuk memahami perilaku atom dan
molekul serta interaksi kimia.
Ulasan singkat materi yang sudah dibahas:
- Pengertian kaidah oktet dan sejarah penemuan konsep ini oleh Lewis
- Struktur atom dan bagaimana elektron terluar menentukan sifat kimia
- Cara kerja kaidah oktet dalam pembentukan ikatan
- Ciri-ciri atom yang telah mencapai kestabilan oktet
- Contoh penerapan kaidah oktet pada molekul umum
- Manfaat kaidah oktet dalam memprediksi struktur molekul
- Keterbatasan kaidah oktet dan pengecualian pada beberapa unsur
- Perkembangan kaidah oktet hingga saat ini
Mempelajari kaidah oktet sangat penting untuk memahami dasar-dasar kimia modern. Konsep ini membantu untuk memprediksi perilaku atom dalam membentuk senyawa, sifat molekul, dan reaktivitas. Kaidah oktet juga berperan penting dalam bidang kimia anorganik, organik, fisika, biologi, dan bidang terkait lainnya. Oleh karena itu, kaidah oktet merupakan konsep fundamental yang wajib dikuasai siapa pun yang belajar ilmu kimia.
Post a Comment